Jumat, 16 September 2022

REFERENSI SBAR REALISASI SBNR

PARADIGMA EHIPASIKO (DARI REFERENSI SBAR BAGI REALISASI SBNR)

https://2share4seekers.blogspot.com/2022/11/paradigma-ehipasiko-dari-referensi-sbar.html

JUST IDEA ... REFERENSI FINALE DARI SBAR BAGI REALISASI LANJUT SBNR 

https://just2share4seekersplus.blogspot.com/2022/11/just-idea-referensi-finale-dari-sbar.html 

PANEN-THEIS-TICS SBNR ATAU PANEN-TAOIS-TICS SBNR

REFERENSI SBAR REALISASI SBNR

https://justshare2021.blogspot.com/2022/09/plus.html

Jumat, 16 September 2022

REFERENSI SBAR REALISASI SBNR


KONSEP GNOSIS EXODUS WISDOM (DARI SBAR BAGI SBNR)

  • PRAKATA
  • FROM TRUTH SEEKER FOR TRUE SEEKER ?

    Namaste  ...bagi kami... artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
    maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
    Link video = 

    Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?). 
    Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
    maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
    Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.

    welcome to the earth
    sudah kami hapus, guys ... sungkan (notifikasi karena keluhan pemilik atas hak ciptanya di channel youtube kami). maaf,ya ?
    kutipan timestamp clips : 
    Welcome to the earth
    EH = You may be feeling that it would be easier to be hearing these words if they had come to you the first day of your experience upon this earth. And if we were talking to you on your first day of physical life experience, we would say to you, Welcome to planet Earth. There is nothing that you cannot be or do or have. You are magnificent creator, and you are here by your powerful and deliberate wanting to be here. Go forth, giving thought to what you are wanting, attracting life experience to help you decide what you want, and once you have decided, giving thought only unto that. Most of your time will be spent collecting data, data that will help you decide what it is you want. But your real work is to decide what you want and then to focus upon it. For it is through focusing upon what you want you will attract it. That is the process of creating.
    Anda mungkin akan merasa lebih mudah untuk mendengar kata-kata ini. Seandainya disampaikan kepada anda pada hari pertama anda hadir di bumi ini. Dan jika seandainya kita dapat berbicara pada anda, saat anda pertama sekali hadir secara fisik di dunia ini, kami akan berkata : selamat datang di bumi . Tak ada satupun yang tidak dapat anda kerjakan, menjadi atau memiliki. Anda adalah Pencipta yang hebat. Dan anda ada disini dikarenakan kekuatan dan keinginan anda untuk ada disini. Maju terus, fikirkanlah apa yang anda inginkan. “Tariklah” pengalaman hidup untuk membantu anda menentukan apa yang anda inginkan, Dan sekali anda telah memutuskan apa yang anda inginkan, fikirkanlah hal tersebut saja. Sebagian besar waktu anda akan dipakai untuk mengumpulkan semua data, data yang akan membantu anda menentukan apa yang anda inginkan. Tetapi, tugas anda yang sebenarnya adalah menentukan apa yang anda inginkan dan lalu fokuskan ke hal yang anda inginkan. Karena melalui pemfokusan ke hal yang anda inginkan akan “menarik” hal yang anda inginkan. Itulah yang disebut proses penciptaan.
    MB = I believe that you're great, that there's something magnificent about you. Regardless of what has happened to you in your life. Regardless of how young or old you think you might be. The moment you begin to "think properly," this something that's within you, this power within you that's greater than the world, it will begin to emerge. It will take over your life. It will feed you. It will clothe you. It will guide you, protect you, direct you, sustain your very existence. If you let it Now that is what I know, for sure.
    Saya percaya anda adalah hebat, bahwa ada sesuatu yang luar biasa tentang anda. Tanpa menghiraukan apa yang terjadi dalam hidupmu,terlepas dari betapa muda atau tuanya anda, pada saat anda mulai dapat berfikir sebaik-baiknya:ada sesuatu di dalam, kekuatan di dalam diri anda ,yang bahkan lebih kuat dari dunia ini,kekuatan ini akan mulai muncul,kekuatan ini akan menguasai hidup anda. Dia akan menghidupi anda,memberi anda pakaian,membimbing anda, melindungi anda, mengarahkan anda,mempertahankan eksistensi anda …. Jika anda mengizinkannya. Hanya itulah yang saya tahu …yang sebenarnya.

    Sekedar mengingatkan kesejatian diri & menghargai  keberadaan saat ini kita semua 
    “We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.”― Pierre Teilhard de Chardin
    literal : Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia 

    PRAKATA : Just Simple Words to Begin and Fade Awa(Hanya Kata-kata Sederhana untuk Memulai dan kemudian Berlalu) 

    Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
    Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.

    Link video : Awaken Samadhi trailer 
    Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan,  tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan.....  Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan,  namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya,  namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.


    Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra). 

    Sadhguru Yasudev Quotes : 
    Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.
    Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.
    OKAY ...
    Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.

    See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro. 
    Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. 
    Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. 
    Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. 
    semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu..

  • Link video =

    dalai lama


  • https://www.youtube.com/watch?v=AFAoo9OKEXk&list=PLZZa2J4-qv-YsOH1t3O8CgDr6C4R-4gE4&index=9

  • The best religion – A dialog between Dalai Lama and Leonardo Boff Posted on  by yalun

    DIALOG WITH DALAI LAMA
    the Brazilian theologist Leonardo Boff wrote: In a round table discussion about religion and freedom in which Dalai Lama and myself were participating at recess, I maliciously and also with interest, asked him: “Your holiness, what is the best religion?”
    I thought he would say: “The Tibetan Buddhism” or “The oriental religions, much older than Christianity.”
    The Dalai Lama paused, smiled and looked me in the eyes …. which surprised me because I knew of the malice contained in my question.
    He answered: “The best religion is the one that gets you closest to God. It is the one that makes you a better person.”
    To get out of my embarrassment with such a wise answer, I asked: “What is it that makes me better?”
    He responded: “Whatever makes you more compassionate, more sensible, more detached, more loving, more humanitarian, more responsible, more ethical.”
    “The religion that will do that for you is the best religion”
    I was silent for a moment, marveling and even today thinking of his wise and irrefutable response:
    “I am not interested, my friend, about your religion or if you are religious or not.
    “What really is important to me is your behavior in front of your peers, family, work, community, and in front of the world.
    “Remember, the universe is the echo of our actions and our thoughts.”
    “The law of action and reaction is not exclusively for physics. It is also of human relations. If I act with goodness, I will receive goodness. If I act with evil, I will get evil.”
    “What our grandparents told us is the pure truth. You will always have what you desire for others. Being happy is not a matter of destiny. It is a matter of options.”
    Finally he said:
    “Take care of your Thoughts because they become Words. Take care of your Words because they will become Actions. Take care of your Actions because they will become Habits. Take care of your Habits because they will form your Character. Take care of your Character because it will form your Destiny, and your Destiny will be your Life … and … “There is no religion higher than the Truth.”
    Versi Bahasa Indonesia
    DIALOG DENGAN DALAI LAMA
    teolog Brasil Leonardo Boff menulis: Dalam diskusi meja bundar tentang agama dan kebebasan di mana Dalai Lama dan saya sendiri berpartisipasi saat istirahat, saya dengan niat jahat dan juga tertarik, bertanya kepadanya: “Yang Mulia, apa agama terbaik?”
    Saya pikir dia akan mengatakan: "Buddha Tibet" atau "Agama oriental, jauh lebih tua dari Kristen."
    Dalai Lama berhenti, tersenyum dan menatap mataku…. yang mengejutkan saya karena saya tahu kebencian yang terkandung dalam pertanyaan saya.
    Beliau menjawab: “Agama yang paling baik adalah yang mendekatkan kamu kepada Allah. Dialah yang membuatmu menjadi orang yang lebih baik.”
    Untuk menghilangkan rasa malu saya dengan jawaban yang begitu bijak, saya bertanya: “Apa yang membuat saya lebih baik?”
    Dia menjawab: "Apa pun yang membuat Anda lebih berbelas kasih, lebih masuk akal, lebih terpisah, lebih mencintai, lebih kemanusiaan, lebih bertanggung jawab, lebih etis."
    “Agama yang akan melakukan itu untukmu adalah agama yang paling baik”
    Saya terdiam sejenak, takjub dan bahkan hari ini memikirkan tanggapannya yang bijak dan tak terbantahkan:
    “Saya tidak tertarik, teman saya, tentang agama Anda atau apakah Anda beragama atau tidak.
    “Yang benar-benar penting bagi saya adalah perilaku Anda di depan teman sebaya, keluarga, pekerjaan, komunitas, dan di depan dunia.
    "Ingat, alam semesta adalah gema dari tindakan dan pikiran kita."
    “Hukum aksi dan reaksi tidak hanya berlaku untuk fisika. Ini juga tentang hubungan manusia. Jika saya bertindak dengan kebaikan, saya akan menerima kebaikan. Jika saya bertindak dengan kejahatan, saya akan mendapatkan kejahatan.”
    “Apa yang dikatakan kakek-nenek kami kepada kami adalah kebenaran murni. Anda akan selalu memiliki apa yang Anda inginkan untuk orang lain. Menjadi bahagia bukanlah masalah takdir. Ini masalah pilihan.”
    Akhirnya dia berkata:
    “Jaga Pikiranmu karena itu akan menjadi Kata-kata. Jagalah Kata-katamu karena itu akan menjadi Tindakan. Jaga Perbuatan Anda karena itu akan menjadi Kebiasaan. Jaga Kebiasaan Anda karena itu akan membentuk Karakter Anda. Jagalah Karakter Anda karena itu akan membentuk Takdir Anda, dan Takdir Anda akan menjadi Hidup Anda … dan … “Tidak ada agama yang lebih tinggi dari Kebenaran.”

  • Lanjut dulu, ah ....
    Ada satu baris kalimat dari satu buku di rumah seorang teman seeker (sayang lupa judulnya ... habis lama, sih .... 25 tahun yang lalu, paska reformasi awal). Masa depan dunia manusia (maksudnya : bukan hanya keberadaan peradaban eksistensialitasnya namun juga perkembangan keberadaban spiritualitasnya) berada di pundak para aktualiser. Aktualiser (meminjam istilah Psikolog Abraham Maslow) adalah orang yang sudah tidak lagi bertindak karena terdefisiensi untuk membenarkan kepentingan pribadi namun sudah mantap (perlu mapan?) untuk mementingkan kebenaran sejati ? 


      • Sadhguru Yasudev Quotes : 
        If you are looking for solace, belief system is fine. But if you are looking for a solution, you have to seek.
        Jika anda mencari hiburan, sistem kepercayaan baik-baik sajalah. Tetapi jika anda mencari solusi anda harus mencarinya. 
        Sadhguru Yasudev Quotes : 
        The intelect which is based on memory is wonderful tool. However, it can only inform - it can not transform.
        Intelek yang didasarkan pada memori adalah alat yang luar biasa. Namun ia hanya dapat menginformasi - dia tidak dapat mentransformasi.
        Sadhguru Yasudev Quotes : 
        Being a seeker of truth means refusing to make assumptions about things that you do not know.
        Menjadi pencari kebenaran berarti menolak membuat asumsi tentang hal hal yang tidak anda ketahui.

        Sadhguru Yasudev Quotes : 
        Only in transendence can there be transformation. When you keep rising from where you are right now, one day you will be profoundly transformed. 
        Hanya dalam transendensi dapat ada transformasi Ketika anda terus bangkit dari posisi anda saat ini, Suatu hari anda akan ditransformasi secara mendalam .
        Sadhguru Yasudev Quotes : 
        Whatever competence, capabilities and genius we may have - all of it is meaningful when there is balance.  
        Apapun kompetensi, kemampuan dan kegeniusan yang mungkin kita miliki. Semua itu bermakna hanya jika ada keseimbangan.
        Sadhguru Yasudev Quotes : 
        Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.
        Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menrmpuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka

DRAKOR = ATTORNEY WOO EPISODE 5 SUBTITLE =
 
Drakor Extraordinary Attorney Woo ini unik & menarik bukan hanya bagi kami namun bahkan pemirsa intenasional.... ratingnya juga sangat tinggi (tertinggi malah) di Korea ... tema, script & akting oke plus lah.  Tentang pengacara autis yang memiliki daya tangkap intelektual hebat walau daya tanggap eksistensial lemah ... susah mau bilangnya. Ini kutipan dialog autentik episode 5 yang mengesankan kami antara Woo Young-Woo (Park Eun-Bin) dan Lee Junho (Kang Tae Oh)

ENG


00:26:49,624 --> --> 00:28:51,621
There used to be someone on my team who was a former detective. And he would always say, "The most honest part of the human body are the legs and then the hands."
The legs and then -the hands?
-Yes. Apparently, the further things are from the head, the more difficult it is to control completely.You can fake a facial expression, but it's hard to control shaky legs or sweaty palms.
And what else?
If someone is sitting down like they're ready to bolt out of the room or has their arms stuck to their body like this as if they're tied to the chair.Or if they keep stroking their thighs with their hands. He said those things could be signs of lying.
Geu-ra-mi told me to look between the eyebrows. The former detective said the legs and hands are the most important..Ultimately, do I have to look at the entire body? This is quite difficult.
Why don't you just have a casual conversation? Trust your instincts.
My instincts suck. People with autism are easily fooled and are not able to lie. If there was a competition to be fooled, a person with autism would win.
Why is that? Is it because people with autism are innocent?
Well…It's more like people live in a world that is made up of me and you  but people with autism are more used to living in a world made up of only me. People can think differently from me or have different intentions and trick me. I understand this with my head, but I keep forgetting. I have to make a conscious effort at all times to not be fooled by lies.
These stories help.
They do?
Yes. They help me understand you.

00:26:49,624 --> --> 00:28:51,621
Dahulu, ada mantan detektif di tim litigasi. Dia selalu berkata, "Bagian paling jujur dari tubuh manusia adalah kaki, lalu tangan."

Kaki, lalu - tangan?
- Benar.Semakin jauh dari kepala, semakin sulit mengontrol sepenuhnya.Ekspresi wajah bisa dipalsukan, tetapi sulit mengontrol kaki yang gemetar atau telapak tangan berkeringat.
Apa lagi, ya?
Benar, duduk seperti bersiap untuk kabur,atau lengan menempel di tubuh serasa diikat ke kursi. Juga, terus menggosok paha dengan tangan.Dia bilang hal-hal itutanda orang tersebut berbohong.

Geu-ra-mi menyuruhku melihat di antara alis,tetapi mantan detektif bilang kaki dan tangan adalah hal yang paling penting. Pada akhirnya, kita harus melihat seluruh bagian tubuh. Sulit sekali.
Mengapa tidak mencoba mengobrol seperti biasa? Percayai instingmu.
Instingku payah. Orang autis terkenal mudah ditipu dan tidak bisa berbohong.Jika ada kompetisi untuk dibodohi,orang autis akan menang.
Mengapa begitu?Apakah karena penyandang autisme polos?
Itu…Itu lebih seperti…orang-orang hidup di dunia yang tercipta dari "aku dan kau,"tetapi orang autis terbiasa hidup di dunia yang hanya tercipta untuk dirinya.Orang dapat berpikir berbeda daripadaku,atau bisa menipuku dengan niat lain. Aku memahaminya di kepalaku,tetapi terus lupa akan hal itu.Aku harus terus melakukan upaya sadar agar tidak tertipu oleh kebohongan.
Cerita-cerita ini membantu.
Benarkah?
Ya.Cerita-cerita ini membantuku memahamimu.


00:59:52,355 --> 01:01:38,753
Attorney Woo?
So, ultimately, I helped Ihwa ATM take advantage of the law.
Excuse me?
Applying for model utility rights, and filing for the injunction were all lies to monopolize the contracts. 
And instead of stopping them, I helped. And what's worse is… I think I already knew that.
When we visited Ihwa ATM, did you think Director Hwang and Manager Bae were speaking the truth?
Well… -I…
-There's no way you did.Try to remember what Mr. Bae was like at the time. Sitting down with his legs looking like they're ready to bolt out of the room, his arms stuck to his body as if he was tied to the chair, repeatedly stroking his thighs with his hands, and even rubbing the tip of his nose. He was a lie in and of itself.
Right.
In the end, I fooled myself, pretending not to know the truth when I did. Because I wanted to win.
Right.
I'm ashamed.

00:59:52,975 --> 00:59:54,017
Pengacara Woo?
Pada akhirnya,aku membantu ATM Ihwa memanfaatkan hukum.
Apa?
Hak utilitas model dan disposisi aplikasi sementara. Semua adalah kebohongan untuk memonopoli kontrak.
Bukannya menghentikan, aku malah membantu mereka. Lebih parahnya lagi… sepertinya aku sudah mengetahui tentang hal ini.
Saat mengunjungi ATM Ihwa, apa menurutmu Pak Hwang dan Pak Bae mengatakan kebenaran?
Itu…- Menurutku…
- Tidak mungkin. Ingatlah tingkah Pak Bae saat itu. 
Duduk seperti bersiap untuk kabur, lengan menempel di tubuh serasa diikat ke kursi, menggosok paha dengan tangan, sampai menggaruk ujung hidung.  
Dia berbohong.
Benar.
Pada akhirnya, aku membodohi diriku dan berpura-pura tak tahu yang sebenarnya. Aku menipu diriku. Karena ingin menang.
Benar.
Aku malu.


01:02:14,663 --> 01:03:27,069
ATTORNEY WOO YOUNG-WOO
PLEASE READ THIS, ATTORNEY WOO
WHY ARE YOU DISREGARDING THE TRUTH?
DO YOU WANT TO BE A COMPETENT ATTORNEY WHO ONLY WINS IN COURT?
OR DO YOU WANT TO BE AN HONORABLE ATTORNEY WHO REVEALS THE TRUTH?

01:02:14,663 --> 01:03:27,069
PENGACARA WOO YOUNG-WOO
TOLONG BACA INI, PENGACARA WOO
MENGAPA KAU MENUTUP MATA?
APA KAU INGIN JADI PENGACARA KOMPETEN YANG HANYA MENANG DI PENGADILAN,
ATAU PENGACARA TERHORMAT YANG MENGUNGKAP KEBENARAN?

Well  .... lanjut ?

KUTIPAN =

Sesungguhnya kami tidak nyaman untuk jujur mengakui ini ... kami sebetulnya faham dan cukup tanggap bukan hanya akan silogisme tersirat namun juga fakta kenyataan di lapangan ....ini tidak sekedar tuduhan pembangkangan mereka bagi pengumbaran vitalisme neurotik saja namun terkadang autentik memang dikarenakan pandangan kebijaksanaan demi altruisme holistik yang diidealkan . Singkatnya, kehidupan berkeagamaan ,berketuhanan (dsb) kita memang sering tidak sesuai dengan evolusi, harmoni & sinergi yang seharusnya (ber-etika, bermartabat dan memberkahi  dunia ini ) bahkan seringkali justru sebaliknya (menyesatkan, menyusahkan & mengacaukan bukan hanya sekedar diri sendiri namun juga orang lain, komunitas kebersamaan bahkan ke segala dimensi keberadaan hidup ini) apalagi jika memang ada celah hujjah untuk melegitimasi pembenaran kepentingan pelaziman kezaliman tersebut.  (trium falisme - standar ganda - pembenaran addhamma diri bagi lainnya ?).  
Bukan maksud kami mengacaukan permainan peran (dagelan nama rupa) yang tengah berlangsung (sudah, sedang dan akan demikian juga nantinya) dengan mengungkapkan realitas kebenaran & fenomena kenyataan (pembabaran Dharma ... sungkan, bro? ... introspeksi level spiritualitas diri :padaparma dihetuka) apalagi kebodohan internal & pembodohan eksternal (pembeberan Avidya  ... riskan, lho ... harmonisasi label eksistensialitas diri : umat beragama  & berTuhan) untuk share idea yang relatif agak berat, luas & mendalam ini  bagi orang kebanyakan.  Kami cukup faham dan juga sadar akan keniscayaan konsekueensi penempuhan yang memang tidak selalu selaras bahkan terkadang sering kali justru tidak sejalan dengan kebijaksanaan pengetahuan kami sendiri tersebut. 
Semula kami menujukan share ini bagi kita insan beragama untuk minimal membawa kebaikan & perbaikan bagi semua (diri, alam & sesama lainnya) karena di alam dimensi manapun kita (dunia saat ini atau alam nanti) sebagai apapun kita (manusia, hewan, petta, yakha, asura , niraya etc... dewa, mara, brahma, ariya dsb) kebaikan & perbaikan kualitas diri dan alam tsb harus tetap terjaga & dijaga keberkahanNya untuk evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi keberadaanNya. Namun tampaknya mungkin justru mereka yang akan lebih bebas leluasa tanpa jeratan/ sekapan harmonisasi paradigmatik eksistensial  dalam memetik manfaatnya karena akan lebih autentik, harmonis & holistik  dalam memahami & mengembangkan bukan hanya kemendalaman / kebijaksanaan  pengetahuan namun juga capaian penempuhan dan layaknya keniscayaan selanjutnya. Well, sesungguhnya diperlukan tidak sekedar hanya kebaikan (kamavacara), kearifan (brahmanda) ataupun kesucian (lokuttara) namun juga keutuhan (apa istilah term baru ini ...self term kami : Adhyatama saja, ya ? Maha Diri Azali Hyang Abadi ) sedangkan untuk ke'zero'an selanjutnya tidak kami rekomendasikan (dampak annihilisasi diri zenka bagi alam sigma & inti sentra, labirin paradoks tanazul MLD kejatuhan lagi & terutama level spiritualitas diri ...hanya Asekha diri yang telah murni dari jebakan delusi keakuan/ sekapan tanha kemauan samsarik maka  paska nibbana juga advaita & paramatta yang memang layak (tidak asal berlagak  ... jadi kita ? ya nggak mungkinlah. Secara autentik kualitas Keakuan kita masih naif apalagi kemauan kita masih liar ... walau mengharapkan pembebasan Nibbana, mendambakan manunggaling kawulo gusti Brahmanda ataupun dijanjikan layak jannah astral namun ... jika saja tidak didukung dengan akumulasi kelayakan yang memungkinkan keniscayaannya tampaknya memang harus barzah eteris dulu karena memang kelayakann/kelaparan akan penganggapan & pengharapan itu atau jika akumulatif MLD memang besar/ sangat tebal akan jatuh lebih rendah lagi dari sebelumnya ) Lanjut ke asymptot ke'zero'an .... namun demikian kalaupun mungkin memang layak dan juga  mampu (?) Dia mungkin akan tetap benar, bijak dan bajik untuk tidak menembus keIlahian Inti Hyang tidak hanya personal immanen namun juga Impersonal transenden ini demi kebijaksanaan keseluruhan kesedemikianan ini ... Dalam keswadikaan diri menjadi selaras dalam keseluruhan mungkin memang lebih tepat (tanpa harus hebat ? jumbuhing karso kawulo gusti x manunggaling wujud kawulo gusti ! ) ketimbang sempurna dalam kesemestaan alam & kesendirian inti pada mandala kesedemikianan ini ? (Imaginasi inferential filosofis gila atau gila-gilaan, nih .... hehehe, asal kesadaran tidak gila beneran dan kewajaran masih tampak waras ndagel patut x mbacut mbadut bersama figure peraga lainnya ). Secara pribadi kami tidak memandang tinggi / rendah wilayah  karena segalaNya berada dalam mandalaNya  dan  seharusnya juga kepada segala ego  figure/ ide konsep yang memang/ mungkin 'ada' padanya ... terlepas dari preferensi keinginan & hierarki kelayakan yang terjadi.
Berpandangan benar, berpribadi bajik & berprilaku bijak diperlukan bukan hanya bagi setiap diri dan juga lainnya demi ketepatan evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi namun juga disetiap alam keberadaan (bukan hanya yang telah mencapai & menghuni alam bahagia semisal alam surgawi kamavacara, dimensi ilahiah brahmanda ataupun bahkan esensi murni lokuttara ... namun juga yang masih tersekap & menjebak dalam harapan / ratapan di alam fisik, apaya bahkan hingga lokuttara ... eh ... lokantarika kelak ?) dikarenakan kaidah kosmik pelayakan keniscayaan dalam keseluruhan yang sudah, sedang dan akan berlangsung demikian adanya. Ada state, peran & tugas yang harus diterima, dikasihi & dilampaui dalam setiap fase permainan keabadian yang kita sebut sebagai keberadaan (mengada > mengada-ada > mengada-adakan ?) ini. See : menghadapi keabadian - kehidupan - kematian (dalam kesadaran , kecakapan & kewajaran )

SKETSA  (SBAR to SBNR )

Niatan semula kami sebenarnya untuk mengembangkan gnosis wisdom bagi para spiritualis religius namun akhirnya kami rasa perlu juga mengajukan bagi para spiritualis sekular (bahkan kami kira ini lebih tepat ... tidak sungkan membabarkan Dhamma & tanpa riskan membeberkan Avidya ). Masak sih ada spiritualitas bagi para agnostik, atheist  (kafirin , murtadin ?). Kalau tradisi agama, mistik & dhamma mungkin tidak ada .... tetapi filsafat mungkin bisa.

  • Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb)   Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan plus keholistikan  (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran).
  • Filsafat memang sering dipandang kompleks namun rendahan ... hanya paradigma pengetahuan bukan penganutan agama, pencapaian mistik ataupun penembusan dhamma. Well dengan perendahan ini kok malah jadi lebih nyaman & mantap jika kami ajukan Kaidah Gnosis Exodus Wisdom rintisan bagi penempuhan spiritualitas holistik & harmonis yang walau sekular namun selaras dengan referensi (realisasi ?) spiritualitas religius dari aneka ajaran agama, mistik & dhamma ... Siapa tahu penjelajahan autentik mereka para SBNR (Spiritual But Not Religious) justru akan membuka dimensi baru yang tidak bisa kita lalui apalagi lampaui ( karena pembatasan berafiliasi & keterbatasan aktualisasi yang harus kita lakukan sebagai umat awam SBAR (Spiritual But Also Religious). Ingat ... segala sesuatu terjadi karena peniscayaan bukan sekedar penganggapan apalagi pengharapan belaka.
  • PARADIGMA EHIPASIKO (DARI REFERENSI SBAR BAGI REALISASI SBNR)

    spirituality is simple but not easy 
    spiritualitas sebenarnya sederhana namun tidak mudah (difahami & dijalani )

    Kutipan tentang Agnostisme :Keraguan Ehipasiko? 

    Well, meminjam dialektika fragmenta apologetika Verkuyl  untuk rasionalisasi pembenaran ide & irasionalisasi  pembenaran ego Agnostisme ? 
    - Dubois :   Ignoramus et ignorabimus : kita tidak mengenalNya dan kita tidak akan mengenalNya  
    Namun kita tetap harus mengenalNya minimal menerimaNya sebagai Sentra SegalaNya karena bagaimana mungkin mengacuhkanNya jika kita berada dalam mandala permainan keabadianNya (triade lama : Wujud, Kuasa, Kasih ?).   
    - Lessing : .Bapa, berilah aku hal mencari kebenaran karena atas kebenaran itu hanya Kau saja yang berwenang (Duplik, 1778)  
    So ... Why not ? jadi tempuhlah pencarian kebenaran tersebut demi pembuktian & pengertian untuk memahaminya bukan untuk memilikinya.  Memang, perlu kerendahan-hati untuk kembali menuju/ mengarah ke  Hyang Maha Tinggi dalam pembatasan ketidak sempurnaan agar tidak stagnan untuk terus berkembang dalam kebermaknaan pengertian untuk mencapai  kebijaksanaan.
    Well, just ... Sapere aude (Horace / Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal  mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.

    3 Pertanyaan Mendasar = JUST SAY REKAP   (pertanyaan eksistensial diri seeker ?)
    1. WHAT = apa arti hidup ini ,
    2. WHY = mengapa kehidupan yang tidak pasti seperti ini harus kami jalani dan 
    3. HOW = bagaimana harusnya kami mengamati, mengalami dan mengatasi grand desain sistem kosmik ini. 
    Itu adalah titik balik diri untuk kembali wajar sebagaimana kebanyakan orang dan juga bahkan untuk menjadi sadar sebagai seorang seeker tentang hakekat permainan kehidupan ini. Susah juga mengutarakan ini 

  • Parama Dhamma = 
    Gnosis Panentheistik dengan Tuhan yang 'absurd' (Konsep Impersonal Transenden > Figure Personal Immanen)  
    Mandala Advaita 
    'lokadhatu' mandala advaita Sentra ( plus Maha Sentra aneka lokadhatu = dimensi paralel lebih/paling tinggi, rendah dari 'lokadhatu' kita)
    Formula Swadika  
    Referensi Penempuhan merealisasi (tugas sharing mereka berdasarkan realisasi untuk mengabarkan ketepatan referensi & kemungkinan keberlanjutan berikutnya)

    Asyik juga, nih ...Ini hanya inferensi atau imaginasi idea intelektual belaka untuk disikapi secara terbuka demi membentang alternatif paradigma berikutnya ... memang bukan realisasi autentik namun tidak juga halusinasi metafisik  agar tetap harus waspada untuk tidak langsung percaya tanpa pembuktiannya.... maklum, jujur saja padaparama , bro.


    From Truth Seeker SBAR to True Seeker SBNR ... A QUEST TO SEARCH FURTHER
    KONSIDERAN PARADIGMA = SBAR atau SBNR 

    QUOTES = 
    Segalanya terjadi karena keniscayaan bukan sekedar penganggapan atau pengharapan ... layakkan x lagakkan / angankan.
    intinya : Spiritualitas adalah masalah aktualisasi .autentik (, holistik & harmonis) meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan.

    SBAR = SPIRITUAL BUT ALSO RELIGIUS
    beragama ? beragamalah namun tidak tereksploitasi apalagi mengeksploitasi. Ingat ada kaidah kebajikan universal untuk harmoni.
    bermistik ? bermistiklah namun tidak teridentifikasi apalagi mengidentifikasi. Ingat ada kaidah kebijakan transendental untuk evolusi.
    berdharma? berdharmalah namun tidak teralienasi apalagi mengalienasi. Ingat ada kaidah kebenaran eksistensial untuk sinergi.
    SBNR = SPIRITUAL BUT NOT RELIGIUS
    Atheisme, Agnostisme , dst ? jika alergi dengan terma dogmatis varnatmak "Tuhan" dan sejenisnya ganti saja dengan istilah filosofis 'Dhunyatmak' Causa Prima (sebab awal keazalian) , Sentra segalanya (Inti utama keberadaan) atau Orientasi destinasi (asymptot tujuan akhir kesejatian abadi) atau lainnya. Ini bukan masalah kepercayaan namun keberdayaan, tidak sekedar pengharapan atau penganggapan belaka namun murni masalah pemberdayaan peniscayaan kesedemikianan ... just idea (etika bukan dogma). Ini bukan agama dan seharusnya tidak dipandang sebagai dogma dan sebaiknya selanjutnya juga tetap disikapi / difahami demikian sebagai idea saja adanya. Tidak ada figur sesembahan yang baru, kredo keimanan yang beda ... hanya share idea pengetahuan (imaginasi inferential filosofis ?) & etika penempuhan (realisasi experiential ? sebatas referensi belum realisasi ... jujur saja masih padaparama dihetuka, hehehe 

    kodok njero batok  ?  Kecerdasan video Sadhguru ? komik Chimni seri 'kutu dalam kotak'
     
    Berhadapan dengan ketidak-terhinggaan ... bagi setiap pemberdaya ... langit senantiasa tiada batas umtuk senantiasa tumbuh berkembang dalam keberdayaan melampaui segala labirin keterpedayaan & pemerdayaan yang senantiasa ada mengintai dalam setiap evolusi, harmoni & dimensi yang diskenariokanNya. Aktualisasi holistik Kusala Kiriya para Sakshin Ariya tanpa perlu mengalienasi , mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi (bukan hanya internal namun juga eksternal ... demi eksistensialitas, universalitas & transendentalitas yang terrniscayakan via kefahaman, kecakapan & kelayakan ... sebagai kesadaran dalam kewajaran sebagaimana adaNya ... lillah, billaah, fillaah .... Wei Wu Wei  (Just action .. without acting & actor ?).

    Meminjam istilah Mahatma Gandhi ... bereksperimenlah dengan kebenaran (namun kami sarankan dengan membatasinya walau dalam kesadaran yang difahami namun tetap dengan kewajaran dalam menjalani secara tepat swadika pacceka tanpa harus nekat Paramitta Boddhisatta 3 layer  di setiap mandala ini ... Be a Sakshin ).
    Memang ada evolusi pribadi yang harus dijalani namun harmoni sosial kebersamaan & sinergi kesemestaan kosmik perlu diperhatikan juga ... Tetaplah sebagaimana semula (beragama/ tak beragama, religius/ sekular etc)  

    PANEN-THEI-STICS SBAR ATAU PANEN-TAO-ISTICS SBNR ?
    Paradigma Holistik untuk menjaga, berjaga dan terjaga dalam evolusi , harmoni & sinergi dalam keniscayaan kesedemikianan keseluruhan system desain kosmik yang homeostatis, interconnected & equlibirium.
    cerdas, tuntas & pantas dengan keahlian , kepekaan & kearifan dalam menerima, mengasihi & melampaui segalaNya..

    PANENTHEISTIC .... What, Why & How ?
    Sadhguru Yasudev quote :
    the path is the destination and the destination is hidden in the path as the Creator is hidden in creation
    Jalan adalah tujuannya, dan tujuan tersembunyi di dalam jalan, seperti Sang Pencipta tersembunyi di dalam ciptaan.

    Ditrigger musik dulu ... Agama Cinta - Puisi Ibnu Arabi (Terjemah Indonesia)

    Link video :https://www.youtube.com/watch?v=-lSS29FbZNc&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=10
    Link data :https://lsfcogito.org/kidung-cinta-ibn-arabi/0

    WAHDAT AL-ADYAN (Unity of Religion = Kesatuan Agama ?)

    Laqad shara qalbi kulla shuratin,
    fa mar'a li ghazlaanin wa dairun li ruhbanin,
    wa baitun li autsaanin wa ka'abu thaifin
    wa alwahu tauratin wa mushhafu Qur`anin,
    adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu 
    rakaibahu fad dinu dini wa imani
    My heart became open to all forms:/
    A pasture for gazelles and a cloister for monks,/
     A house of idols and circling the Ka'ba*,/
    The tablets of Torah and the Book of Qur'an./
     I profess the religion of love, wherever its caravans lead.../
    In love is my religion and my faith.
    Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas
    Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta
    Rumah aneka berhala dan kabah bagi orang yang tawaf
    Juga lembaran- lembaran Torah dan mushaf Qur’an
    Aku menganut agama cinta kemanapun Dia mengarah
    Cinta adalah agamaku dan dia adalah imanku

    adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu 
    rakaibahu fad dinu dini wa imani
    My heart became open to all forms:/
    A pasture for gazelles and a cloister for monks,/
    Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas
    Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta

    Upaya konversi, heretisasi, syncretisasi atau hybridisasi ajaran ? NO. Panentheisme memandang segala fenomena di permukaan hanyalah adalah cerminan gradasi layer dimensi dari realitas di kedalaman yang menjangkau progress interconnected dari desain homeostatis kesedemikianan ini dalam equilibirium keseluruhan sebagaimana mentari merengkuh putra putri pelanginya. Inferensi intuitif menuju kedalaman (bukan sekedar analogi intelek di permukaan)  kita gunakan bukan hanya agar kebijaksanaan pengetahuan kita tidak menyimpang dari kaidah kosmik peniscayaanNya  (awas ! labirin paradoks pandangan / penganggapan/ pengharapan!) namun juga agar kita tidak stagnan untuk progress capaian maqom penempuhan tetap dinamis tumbuh berkembang tanpa batas dalam asymptot keTidak-TerhinggaanNya.
    SEE: Inferensi Dimensi di atas 

    MENGAPA PANENTHEISTICS  ?

    Walau aktualisasi tetap autentik perlu holistik & harmonis (tidak neurotik dalam beridentifikasi, mengeksploitasi atau teralienasi) dalam wawasan ilmu pengetahuan, tataran laku penempuhan & teku penembusan agar senantiasa tumbuh berkembang tanpa perlu menyimpang (alasan positif untuk pragmatis walau mungkin belum realistis ?)... flexible  progress tanpa perlu konflik disharmoni (internal & eksternal)

    Pascal's Wager (taruhan Pascal) : link
    1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi

    Panenentheistics yang kami ajukan nanti mungkin (tepatnya : memang) unik/beda dengan pandangan yang sudah ada hingga saat ini (Krauss, filsuf perenealis dsb). Ini adalah hipotesa paradigma (cara pandang) filosofis yang kami susun secara inferensial hipotetis akan realitas kebenaran dari fenomena kenyataan yang kita hadapi selama ini & mungkin demikian juga nanti.   

    PANENTHEISTIC ? 
    SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti )
    Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan
    Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan )
    Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) 
    Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama
    Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikian ini kami ajukan framework deduktif  tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini.
    Segalanya (aneka keberadaan laten deitas dsb) tampaknya memang berawal dari Sentra KeIlahian Satu yang sama (Impersonal Transenden God?) dan berada dalam mandala DeitasNya kemudian secara ideal laten Deitas seharusnya akan kembali kepadaNya … namun dikarenakan orientasi berpandangan, berpribadi & berprilaku serta realisasi penempuhan, pencapaian & pencerahannya akan mencapai level yang berbeda walau dalam area mandala deitas keIlahian yang sama . Kami mengutarakan ini dengan tanpa maksud sama sekali untuk membela yang satu apalagi harus mencela lainnya namun ini agar kita memang harus tetap swadika untuk bijaksana menerima keniscayaan atas kesedemikian konsekuensi logis & ethis yang secara kosmik berlaku.  Well, harmoni dimensi (juga sinergi valensi) memang perlu dilakukan dalam peran semesta ini demi kebersamaan namun evolusi pribadi tampaknya memang tetap harus dilakukan secara mandiri dalam kesendirian sebagaimana harusnya (aktualisasi impersonal > transaksi personal > defisiensi individual)

    BAHASAN =  TENTANG IDEA 
    kami tidak membuatkan belenggu, sesembahan maupun kelompok baru & beda 
    pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik  (bagi para agnostik)
    rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha )
    DALAM KESEDEMIKIANAN (ORIENTASI)
    Panentheism (All in God) > Pantheism (All IS God) 
    Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 
    Paradigma Saddhamma : tentang Kesedemikianan  ( BE REALISTICS )
    Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 

    GNOSIS KOSMIK  GRAND DESIGN 
    Tampaknya selama ini kami hanya berputar-putar saja …Walau sesungguhnya memang sungkan karena masih rendahnya kenyataan autentik dalam level spiritual dan memang riskan karena tetap perlu keberadaan harmonis dalam label eksistensial , namun tampaknya  pandangan esoteric yang tersembunyi (disembunyikan?) di kedalaman ini memang seharusnya muncul  ke permukaan demi kebijakan pengertian & kebajikan penempuhan untuk mempermudah pencerahan selanjutnya.
    Hidup adalah pilihan. Sebagai seeker kami memang  memilih  pandangan panentheistic ini untuk menjaga arah pandangan yang relative lebih benar, bijak & bajik dalam keseluruhan untuk senantiasa true, humble & responsible selaras dengan realitas kenyataan yang terjadi.
    Sejujurnya kami tidak ingin menjadikan ini sebagai belenggu bagi anda dan juga saya sebenar apapun itu nantinya (bisa menghalangi aktualisasi karena bisa jadi karena di sini merasa telah memiliki peta penempuhan kita sudah merasa sudah tiba di sana bahkan merasa berhak untuk melagakkan diri asal klaim identifikasi & standar ganda pembenaran 'kualitas' walau sebenarnya tiada kelayakan autentik pada saat ini dan bahkan merasa tiada perlu untuk pelayakan holistik selanjunya bahkan bukan hanya kefasikan internal namun juga kezaliman eksternal ... wah, payah & parah) apalagi jika ini tidak murni benar dan tepat sebagaimana nyatanya (dampak karmik dari effek kosmik kebodohan internal dan juga pembodohan eksternal yang harus ditanggung ... hehehe, no way .... waspadalah untuk tidak segera percaya menerima ini sebagai keyakinan tanpa pembuktian kepastiannya karena sebagai seeker itu akan lebih baik bagi kita semua tampaknya ).
    Dengan tanpa maksud mencitrakan kerendahan hati (semu?) karena adalah kejujuran diri (asli!) bahwa paradigma yang kami ajukan ini ( tepatnya mungkin bukan kami tetapi saya pribadi sendiri saja ) murni pengetahuan imaginasi filosofis inferential belaka bukan pengalaman  realisasi realistis experential  ... semoga tiada dusta & duka di antara kita. Jadi, saya lebih suka jika para seeker walau memang tetap perlu tebuka untuk dewasa tanpa tercela mencela (menjaga diri dari noda asava internal batiniah, bro) namun juga senantiasa terjaga jika menggunakan wawasan, pedoman dan panduan di dalamnya ... karena bisa jadi ada yang kurang tepat, masih salah bahkan tidak benar di dalamnya ( kurang pede, ya ? ... No, sebenarnya ini adalah sinkronisasi slogan seeker : no fact, no truth, no faith ... jika tanpa fakta kenyataan maka tiada kebenaran di dalamnya sehingga tak perlu keyakinan padanya .... ini berlaku bukan hanya untuk kearifan adaptif pandangan eksternal namun juga terutama untuk revisi korektif wawasan internal diri agar senantiasa bangkit tumbuh berkembang tanpa batas mengarah, mencapai dan melampaui aneka layer asymptot ke tidak- terhinggaan ... tetap selaras walau belum/tidak mungkin sempurna).  

    Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah  hak dan  sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling.... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.

    Well, demi kebaikan progress penempuhan spiritualitas kita semua .... bacalah saja dengan tenang dengan tetap terbuka dan sekaligus terjaga (tidak menyela seperti biasanya) tanpa harus segera menerima atau menolak idea yang diajukan ... tetaplah bungkam (tanpa mencela sebagaimana harusnya) walau menyetujuinya atau tidak mempercayainya dan biarkan kebenaran nyata yang selalu menjadi acuan kita walau itu sama sekali berbeda dengan keyakinan kita semula (termasuk dan terutama pandangan yang kami ajukan ini).  

    PROLOG

    PARAMA DHARMA : Just Idea ...
    Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?
    Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 
    Well, The Greatest evil is Ignorance  Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuan
    Walau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.
    KEDEWASAAN PENCERAHAN 
    The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.
    The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.
    Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.
    so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.
    Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.
    Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. 
    Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.
    Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksana
    BAHASAN =  TENTANG AVIJJA 
    Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)
    Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI ....  Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) 
    Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ...   Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena  membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut  nantinya)

    QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY
    apapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan.
    Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)


       

    KAIDAH KOSMIK  

    Berikut kajian kami terhadap 3 masalah krusial esoteris panentheistic berdasarkan referensi Buddhisme & Mysticisme 

    1. Mandala Advaita = Desain Kosmik
    2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 
    3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 

    MANDALA ADVAITA 
    Dimensi Samsarik
    Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 
    Kutipan : 31 Alam Kehidupan Samsarik & Nirvanik 

    KEILAHIAN PANENTHEISTICS
    Kutipan : Mandala Advaita : tentang KeIlahiahan http://teguhqi.blogspot.com/2020/04/quo-vadis.html 

    Tentang KeIlahian  (Tuhan : Tao - Dhamma )
    Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 

    Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan   dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya).  
    Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas
    Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )
    Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 
    Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana   pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut.
    plus link : konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama (https://khmand.wordpress.com/2008/08/20/konsep-tuhan-dlm-agama-buddha/)
    Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
    Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 

    IMPERSONAL GOD (ABSOLUTE INDEFINITE/INFINITUM TRANSENDEN) > PERSONAL GODS  (laten deitas figure kosmik immanen  yang memang mengidentifikasikan dirinya  / diDeifikasi lainnya atau hanya konsep renungan filosofis demi idealisasi kesempurnaan / refleksi imaginatif  bagi manuver strategis pembenaran kepentingan saja ?)
    Sakralisasi homo homini deus  bagi aktualisasi atau demi  eksploitasi homo homini lupus ?
    Yang benar 'Figure' Tuhan menciptakan manusia sesuai citraNya atau manusia menciptakan 'konsep' Tuhan sesuai seleranya ?

     
    https://www.youtube.com/watch?v=3yVLJahhwC8&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=42
    https://www.youtube.com/watch?v=7jNjrsEMbKA&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=51&t=1s
    kutipan =

    Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya). Dalam permainan ini sesungguhnya kepercayaan Saddha Ehipasiko memang berguna namun aktualisasi & realisasi penempuhan/ penembusan/pencerahan realisasi adalah indikator utamanya. Itulah sebabnya rakit Dhamma harus secara arif & ahli digunakan untuk pengarungan tidak untuk naif & liar dipamerkan/ dilekati (aktualisasi & realisasi x identifikasi & eksploitasi) Well, Dhamma bukanlah ular berbisa simbol identifikasi/arogansi & sarana eksploitasi/ intimidasi bagi kebodohan internal diri sendiri & untuk pembodohan eksternal lainnya. (Waspadalah bukan hanya kemungkinan brain-washed dari logical / ethical fallacy sebagai pseudo /lokiya dhamma dalam pengetahuan/ penempuhan namun mungkin juga miccha ditti 62 brahmajala sutta dalam labirin penembusan/ pencapaian.
    Tunggu Eyang Sabdo Palon atau Buddha Mara-Shiva? kelamaan atau mungkin saja memang hanya dongeng impian. Lagipula bisa jadi yang datang bukan hanya picik mengaku namun justru licik menyesatkan.( gaya Ariya tetapi cara asura?) Dengan meditasi kedalaman ? sama saja kalaupun level sudah bisa juga harus lebih waspada karena di dalam bahaya penyesatan justru lebih besar ... refleksi keinginan diri bukan realitas kenyataan sejati ?). Lagipula dasar spiritualitas yang utama adalah aktualisasi keperwiraan kemandirian untuk bijak tidak defisien mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi. Guru memang diperlukan untuk memandu namun Jalan harus ditempuh sendiri & mandiri. Transformasi spiritual arus kesadaran diri adalah tanggung-jawab pribadi tidak mungkin dibebankan kepada lainnya. Bantuan dan panduan eksternal (intervensi sementara pengalihan/ penundaan ?) mungkin saja bisa dilakukan namun penempuhan dan penembusan mutlak urusan individual.  Tuhan ? Walaupun yang Mutlak memang ada (jika Sentra Sejati yang transenden tidak ada bagaimana mungkin sigma dimensi mandala  semesta tergelar dengan aneka zenka keberadaan di dalamnya) namun dalam mandala samsara immanen ini banyak petta, asura, yakha, dewata, brahma bahkan nafs ego yang  mengidentifikasi diri berkompetisi, berinteraksi ,bertransaksi saling mengeksploitasi / mengaktualisasi diri.  So, diterima, dijalani saja apa yang ada (tanpa harus heboh dan aneh-aneh ... wajar seperti semula biasanya). Terus mengembara di mandala ke-esa-an ini sebagaimana lainnya namun dengan kesadaran akan permainan keabadian ini. Apapun yang terjadi memang layak diterima dan diperbaiki lagi. (konon ... masih 20 fase bigbang 114 yang tersisa bagi spiritual sadhana berdasarkan kalkulasi fantastis mistisi yoga ? ) Bandingkan juga dengan kosmologi Buddhist, dsb.
    Lagipula ini makalah berat (kulak perkoro .... cari masalah?) .... walau sebenarnya idea & arah jalannya bisa tetap 'cool' namun kami rasa akan banyak apriori/kontroversi di apersepsi seeker sebelumnya walau sesungguhnya ini sama sekali tidak berkaitan dengan itu (Mara penggoda, vitalitas Tantra , Shiva Penghancur, avatara Vishnu, Siwa Buddha Nusantara, Mistisi Osho, Sadhguru Yasudev ? dst). Ini memang harusnya tetap tersimpan di kedalaman ... tidak malah membuat kacau (cerah?) permainan samsarik yang terus perlu berlangsung di  permukaan ....(maaf, bukannya karena tidak inginkan seluruh putera keabadian murni singgah/ kembali ? ke rumah sejati keazalian dalam pengembaraan samsariknya. Hehehe...Tuhan dan tampaknya juga Shiva & Buddha faham faktor kelayakan & proses peniscayaan untuk vitalitas kecakapan dalam melalui bahkan integritas kesadaran untuk melampaui ini )   
    Sebenarnya ini juga sedang mengkompilasi puzzle mozaik yang sudah ada tersedia (memahami, menguji, dst) untuk tataran penempuhan tidak sekedar wawasan pengetahuan selagi Buddha Sasana  dan ajaran Dharma masih ada .... Orientasi etika kosmik Swadika Paccekka untuk semuanya (tentu saja realisasi, kualifikasi sesuai dengan keterbatasan & pembatasan yang ada sesuai kondisi/dimensi keberadaannya .... bahkan kalaupun berada di Sunnakalpa ataupun apaya lokantarika atau bahkan lokuttara sekalipun .... dalam Dhamma walau memang tetap mengusahakan yang terbaik untuk dicapai namun jikapun ternyata hasilnya belum sesuai seharusnya dimanapun, siapapun dan apapun juga tidak akan menjadi masalah baginya) . Ini bisa anda tentang / buang , revisi / kembangkan & lanjutkan jika tidak sampai tuntas (terutama : scholar /meditator Buddhism & Hinduism ... harusnya ini wilayah mereka bukan kami yang berlabel di luar sasana walau Saddhamma yang transenden Impersonal sesungguhnya tidak bisa, tidak boleh bahkan tidak mungkin diklaim secara personal .. aktualisasi/realisasi x identifikasi/eksploitasi) demi kebenaran, kebijakan dan kebajikan bagi semuanya. Projek idealis ? sama sekali tidak karena untuk inilah amanah keberadaan / kehidupan diberikan kepada kita .... tidak sekedar hanyut 'ndagel' dalam peranan eksistensial kehidupan ini belaka namun demi transformasi spiritual berikutnya bagi semuanya termasuk (terutama?) diri sendiri yang juga membawa kebaikan dan perbaikan pada saat ini tentu saja.  Perlu show ? jangan naif & liar kekanak-kanakan pekok & heboh ... (well, sejujurnya kami justru kagum kepada mereka yang walau dalam kesendirian/kerahasiaan?/ tanpa harapkan kepamrihan apapun termasuk juga pengakuan kecitraan apalagi pengaruh kekuasaan dengan sadar, cakap dan wajar mendedikasikan kehidupannya dalam kebermaknaan pada kesemestaan yang tentu saja karena tanpa jerat noda kepamrihan pengharapan malah akan murni kembali ke dirinya pada saatnya). 

    HUMOR MENCARI TUHAN ?
    https://yedepe.com/lawakan-terlucu-astronot-mencari-tuhan/

    humor mencela  tingkat 1 ide/ ego lainnya , Osho ?
    Kosmonot Atheis Rusia mencela astronot Religius Amerika Serikat karena hingga ke luar angkasapun Tuhan tetap tidak juga ditemukan.
    Astronot religius Amerika Serikat kesal mengharapkan kematian kosmonot atheis Rusia untuk bisa menemukan Tuhan ?
    Mereka bertikai karena mencari di/ke tempat yang salah ?

    Ada 3 humor versi Osho : laughter (tertawa ).... link artikel Osho mana ? 
    satu, black humour (dengan cara mentertawakan orang lain kita merasa bahagia ? batin yang sakit ... namun sadarkah kita bahwa kita senantiasa merasa wajar untuk melakukannya setiap saat ... kita adalah badut yang merasa nyaman dan bahkan senang jika badut lain ditertawakan/ direndahkan karena dengannya kita merasa masih/ tetap / makin mulia daripadanya ... Schaden Freude : senang lihat orang lain susah, susah lihat orang lain senang ? See : Brahma Vihara di bawah.
    dua, self humour mentertawakan kekonyolan diri sendiri ... cukup sehat 
    tiga, cosmic humour mentertawakan permainan kosmik / 3 laughing monk = 3 serangkai rahib tertawa/... dianggap guyonan tertinggi ? (sadar namun tidak wajar malah terkesan kurang ajar ?) 

    kutipan : http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html

    CORONA 4
    PROLOG 
    Pandemi Covid 19 belum mereda masih berlangsung dan upaya dilakukan mulai dari prokes masker & PPKM untuk menjaga herd immunity hingga vaksinasi untuk membawa self immunity. Pengharapan dan doa permohonan pun tidak kurang dilakukan baik mandiri ataupun bersama. Rutinitas, aktivitas & vitalitas kehidupan kebersamaan seakan terhenti, macet dan ewuh (riskan /sungkan) dijalankan.  Bagaikan elmaut yang terus mengintai dan menyerang dari dimensi kegaibannya ke alam empiris duniawi sejumlah besar dari kita toh akhirnya juga tertular penyakit, terpapar di rumah sakit (isolasi mandiri di rumah) bahkan terkapar dalam kematian.   
    Dalam kehidupan ini kita tidak memang hanya harus senantiasa dewasa bersikap menghadapi dan melampaui dualitas kondisi dunia (aṭṭhaloka dhamma 8 )  untung – rugi (lābho ca alābho ca), popularitas – ketidakterkenalan (yaso ca ayaso ca), hinaan – pujian (nindā ca pasaṁsā ca), dan suka – duka (sukhañca dukkhañca).namun juga perlu waspada bersiaga untuk mengalami & mengatasi utusan abadi 3 (tidak selalu muda namun juga akan melapuk tua, tidak selalu tetap sehat namun bisa juga sakit & tidak selalu terus hidup namun juga akhirnya toh kita pasti mati ). 

    Well, di WAG posting ini marak & umum sekali diposting. Sesungguhnya bukan hanya segalanya datang dari dan kembali kepada keIlahian yang sama namun dalam setiap detik dan detak kehidupan kita senantiasa berhadapan denganNya ... dalam pengetahuanNya..Pertanyaan krusialnya adalah pada level keilahian yang mana kita nanti masih akan berada ? .... bukankah bukan hanya alam dunia & barzah petta (masih lama hingga kiamat?) , alam neraka & surga (nanti juga akan pralaya ?) , bahkan level nibbana & samsara ada dalam wilayahNya  ?

    KUTIPAN : LIMBAH HIKMAH DRAKOR 
    as long as there's love, any house can be home = sepanjang ada cinta , segala rumah hunian (dimensi) akan menjadi rumah yang tepat (bagi evolusi)
    Good Quotes !
    Selama ada harmoni kesadaran dimensi di segalanya , segala dimensi mandala akan selalu menjadi media yang tepat bagi setiap pribadi untuk berevolusi 
    Sadari kasih Tuhan dimanapun itu juga sebagaimana kelayakan yang memang demikian selayaknya/diterima & sewajarnya disyukuri (disabari jika dianggap negative oleh keakuan/kemauan .... itu adalah cara adil. arif & asih Impersonal Transenden kepada setiap laten deitas segalaNya jika kita memandangnya secara holistik obyektif tidak sekedar subyektif personal demi kenyamanan wilayah harmoni dimensi dan pemantapan proses evolusi pribadi berikutnya )

    CORONA  5 
    Tampaknya saat ini situasi kondisi sudah mulai cukup kondusif ... virus sudah adaptif & imun vaksinasi - iman resistensi sudah kembali effektif ? 
    Dunia sudah tidak lagi galau dan mulai normal lagi berputar .... antara sakau mengumbar keakuan/kemauan dan mulai kacau menebar kebencian/ kerusakan seperti biasanya ? (konflik luar /dalam negeri sudah mulai lagi ... jika tidak pekok & heboh (kasar ? ganti saja : sakau dan kacau ... terserahlah) hidup memang tampak terasa tidak 'hidup',ya... ?  Hehehe. 
    Tetaplah waspada untuk tetap terjaga, ah ... agar bisa menjaga & berjaga .... intinya jangan lengah terpedaya senantiasa memberdaya ... bersamaan dengan proses berjalannya waktu tanpa dapat dicegah kita semakin tua melapuk (walau tidak berarti mencapai kedewasaan psikologis apalagi pencerahan spiiritual) ... tanpa covid kita masih tetap bisa sakit. bahkan tanpa sakit kita bisa saja mati (konsekuensi dualitas kehidupan) plus kelanjutannya juga, lho ... karena sebagaimana kita saat ini yang secara akumulatif terniscayakan faktor karmik/kosmik lampau diri kita dulunya demikian juga nanti ... well, setiap diri pada hakekatnya sedang melayakkan dampak effek akumulatif dirinya secara karmik/kosmik demi saat nanti melalui tindakan batiniah/zahiriah dirinya sendiri pada saat ini.
    Jadi inget Sang Ariya Buddha Gautama & Bhante Moggalana yang walau telah mencapai Nibbana sekalipun tetap harus menanggung beban karmik dosa/ kesalahan dari kehidupan samsarik lampaunya (apalagi kita yang nota bene belum mencapai layer evolusi pribadi lokuttara masih di bawah level brahmanda bahkan tersekap dalam peran label kamavacara). Bagaikan bayang-bayang yang mengikuti keberadaan diri demikianlah dampak karmik/ effek kosmik kebodohan, kesalahan & keburukan berpandangan, berpribadi dan berprilaku akan menyertai perjalanan kehidupan keabadian kita ... cepat atau lambat (dalam peran dagelan nama rupa saat ini atau setelah ini ataupun pada saatnya nanti ) apa yang dituai  niscaya akan kita petik juga buahnya. Well,demi keutamaan untuk menjaga keperwiraan, keterjagaan dan kewaspadaan yang lebih dewasa (utama, benar & nyata) tetaplah reseptif & antisipatif untuk menjadi autentik & holistik dalam kesedemikianan tertib kosmik keseluruhan ini ... nafikan sementara walaupun mungkin memang senantiasa tetap ada kemungkinan ahosi karma , fasilitasi pengampunan / pelimpahan lainnya yang bisa saja terjadi (aktualitatif > identifikatif > eksploitatif). Dengan demikian Evolusi pribadi , Harmoni dimensi & Sinergi Valensi tetap berjalan selaras dan terniscayakan kelayakannya secara murni sebagaimana harusnya secara eksistensial, universal & transendental. Keutamaan > Kebenaran > Kenyataan ... ada bonus nilai plus untuk meningkatkan/melampaui kualitas kelayakan yang lebih baik yang juga mencegah keterpedayaan yang menjatuhkan (optimis kepercayaan diri  atau opurtunis pengharapan lainnya ?) dan faktisitas pembatasan (dinamika konfiguratif keberuntungan eksistensial atau kemalangan universal ) yang mungkin juga akan terjadi.

    KUTIPAN = 

    Keberadaan sebagai manusia adalah amanah yang susah dicapai (bagaikan peluang kura-kura buta, Buddhist?)  bukanlah sekedar anugerah istimewa yang diberikan agar kita merasa bebas seenaknya untuk berhak menggunakannya untuk membuat musibah (bukan kepada diri sendiri saja yang sudah pasti namun akan berlipat ekstra jika ditujukan pada lainnya ... ingat mandala ini homeostatis yang interconnected dalam equilibirium ... kita tidak akan pernah mungkin bisa menyakiti yang lain tanpa melukai diri kita sendiri - Kaidah kosmik tentang Kasih ). Bagaimana mungkin kita merasa patut akan dapatkan surga kelak jika kita senantiasa membuat neraka (kebencian, kejahilan & kerakusan) kepada diri sendiri dan menyebarkan neraka (kerakusan, kekejaman & kebejatan) kepada lainnya.  Di dimensi terburuk mandala ini (bahkan niraya lokantarika sekalipun) jiwa ini walau tetap terpaksa diterima demi keseluruhan namun  tidak akan dirindukan/ diharapkan keberadaannya apalagi di dimensi yang lebih mulia (surga / termasuk : eteris & duniawi juga, lho/ - selain surga nikmat astral perolehan kebaikan , surga hikmat mental triloka keahlian penciptaan ; bahkan kembali ke dimensi ilahiah samsarik jhana 1 sd 3 abhasara etc , mantap seimbang di jhana 4 atau terlelap di anenja brahma, swadika di suddhavasa (tanpa delusi lobha, dosa dalam keEsaan ) bahkan lokuttara nibbana (tanpa juga moha "diri' - 'alam' - 'inti"). 
    LINK : MUSTARIH VS MUSTAROH
    Well, walau secara pribadi kami memandang setiap level, layer dan label keberadaan (baik nista atau mulia) tetap setara dan mutlak ada dalam desain holistik keseluruhan ini ... namun layakkan diri untuk senantiasa selaras dalam kaidah kosmik Dharma  (Dharma kebenaran yang tersirat dari Dhamma kenyataan yang tersurat ) walau karena Avijja kita seakan bebas menyimpang juga dengan konsekuensi dampak karmik pada setiap effek kosmik secara internal dan eksternal.  Keberadaan manusia adalah keberadaan mediocre (sebagaimana juga chaurasi keberadaan lainnya kita kelak .. 84 juta jenis keberadaan di alam semesta alamiah / layer mandala ilahiah ini, yogin ? termasuk petta asura/yakha di barzah eteris karena kelekatan eksistensi , pengharapan & penganggapan tanpa peniscayaan kelayakan ke dimensi yang lebih murni, hewan karena standar kebuasan/ kebodohan kita dominan untuk melayakkan ke level ini , 'Laundry' niraya karena parahnya antahkarana batin 'setan' kita (internal bukan eksternal, lho .... moha, lobha & dosa - kepekokan/kehebohan , kecanduan/ kerakusan , kebencian / kekejaman ... asava MLD keakuan/ kemauan kita sendiri itulah 'konsep' setan sesungguhnya), dst. Kami tidak menafikan adanya pelabelan umum 'figur' kosmik tertentu sebagai "setan" (?) seperti para petta , asura , mara dsb.  Tiada maksud sedikitpun dari kami untuk membela pandangan kami atau mencela anggapan tersebut namun bisakah kita melihat segala sesuatu dalam perspektif yang lebih luas dan arif akan desain kosmik yang ada ... ada sejumlah petta yang tampak mengerikan karena ketidak -beruntungan dalam proses kematiannya (kecelakaan, penyakit etc) , tidak semua yang terjatuh (asura) atau hanya mampu mencapai level rendah (yakha) bahkan yang harus menanggung beban kecenderungan sebagai hewan ataupun membersihkan noda batin di niraya . Hargai keberadaan segalanya yang saat ini menjalani beban peran yang ditanggungnya (reaktif atau responsif untuk pelayakan berikutnya ?). 
    Hati-hatilah bisa jadi yang kita cela adalah yang kita puja adanya atau bahkan berempatilah karena mungkin bisa jadi itulah justru diri kita sendiri nantinya. Dalam desain kosmik yang dinamis dalam proses evolusinya ini sesungguhnya tidak perlu mencela atau membela apapun juga .... karena setiap dari yang ada sesungguhnya adalah bagian dari keseluruhan yang sama.  Sebagaimana bola yang kita lempar ke dinding akan kembali terpantul ke kita demikianlah segala pandangan / tindakan akan berbalik kepada empunya. Intinya : pring podo pring ... ojo daksiyo marang sasomo (segalanya hakekatnya beresensi sama asalnya .. walau beda buihnya namun tetaplah air di lautan yang sama adanya. Tak perlu merendahkan lainnya. Ojo dumeh ?). Dalam kesedemikian ini bukan karena penganggapan / pengharapan namun keselarasan peniscayaan yang senantiasa terjadi akhirnya. 
       
    Link data : 
    promo neraka

     Link video : 

    DRAKOR
    Drakor Bulgasal Sub Indo by movie
    Sekilas kami melihat walau unik dan menarik agak absurd juga plot ceritanya (transmigrasi beban karmik antahkarana arus kesadaran jiwa pribadi lain ?) link .
    Namun demikian sebagaimana biasa selalu ada hikmah yang bisa kita ambil dari limbah apapun juga di mana saja selain ketersentuhan hati untuk menyerap idea yang lebih dalam (absorpsi intuitif untuk reversed inferensi disamping referensi intelek minus realisasi insight.... maklum padaparama, nih) ataupun sekedar penghiburan romantisme identifikatif semata (hehehe ... sati untuk indria samvara kami akui memang payah ... sila visuddhata & dana paramitta ? masih parah juga. citta & panna bhavana apalagi ...  zero,bro. Ritual formal puja & etika saja masih kacau balau ... HOPELESS & HELPLESS ? ) 
    Samsara ini memang menyusahkan dan sering menyesatkan .... tetapi mengasyikan juga, ya ... hehehe. (Guyon ... semoga bersama figur lainnya tetap ndagel secara patut tidak mbacut mbadut )
    BAHASAN = Drama & Darma ?
    Kami tidak tahu kenapa kami memulai dengan drama ini pada mulanya (Drakor lagi ... payah & parah, deh ?) Namun kemudian kami menyadari ini adalah cara kami mencari celah untuk masuk tanpa harus vulgar menggurui lainnya (prinsip majeutike, Socrates ?) ... Sial, bukan hanya membingungkan lainnya namun juga mengacaukan plotting pembahasan yang seharusnya langsung mengarah saja ke pokok permasalahan ... directly & deductive ? (aksiomatis & dogmatis ... wah, nggak asyik, nih ) ... Niat & cara tidak sinkron (walau lebih cepat & mudah ... hehehe, jadi inget jurus lempar handuk kasih kunci LKS, cegat kisi-kisi sebelum PTS/ PAS ... kalau masih gagal KKM ? jurus statistik Excel untuk  menyesuaikan target minimal yang didapat di Vlook-up dan nilai ideal yang optimal terkemas dalam riasan indah , megah & ilmiah sesuai yang ditetapkan ... walau diakui kelihaian bukan kemurnian ini memang agak curang , kepakaran gaya /nguntul, ngentul, ngentel / dan kecakapan daya akademisi ternyata cukup "berguna" juga dalam kebersamaan ini, Pascal  : society is hypocricy 
    BAHASAN =  TENTANG DRAMA DHARMA 
    kehidupan ini drama kita semua (sesungguhnya walau lebih nyata namun tidak hanya pekok tetapi juga sangat heboh melebihi K-drama ... jika mulai baper , saran kami lihat shooting behind scene nya ... pemeran yang berkonflik ternyata malah akrab dan cengengesan satu sama lain ... genius berinteraksi akrab dalam kebersamaannya walau memang serius berkolaborasi dalam pemeranannya sesuai script writing skenario yang ditetapkan ... seperti politisi ? nggak /mau/ tahu ! ). 
    Walau mungkin dalam ketidak-mengertian, ketidak-perdulian dan ketidak-berdayaan tetaplah meniscayakan kita saat ini menuju kelayakan kita saat nanti (akumulasi karmik peniscayaan dhatu atas  selama proses  kehidupan abadi jiwa ini dsb).
    Ovada patimokha di bulan Magha + apamadena sampadetha ? Apa ini ... ? Oh, ini tips terakhir di Epilog setelah Prolog teaser & monolog bahasan harusnya.

     LIMBAH HIKMAH DRAKOR BULGASAL
    Bulgasal :E. 02 00:11:55 --> --> 00:12:27
     Wejangan Dan Geuk kepada anak angkatnya Dan Hwal 
    00:11:55 --> --> 00:12:27
    You are not a Monster.
    You were born a human and lived as human
    You have the heart of a human.
    So live as one 

    00:02:32 --> --> 00:02:59
    Kau bukan Monster.
    Kau terlahir dan tinggal sebagai manusia.
    Kau punya hati manusia.
    Jadi hiduplah manusiawi sebagai manusia
    di setiap mandala keberadaan yang ada kesadaran evolusi pribadi tetap dilakukan namun kewajaran harmoni dimensi juga harus diusahakan dan juga sinergi valensi. Di setiap layer keberadaan (dari lokuttara hingga lokantarika sekalipun) ada level yang harus diberdayakan, ada label yang harus dibersamakan untuk bisa menerima, mengasihi dan melampaui.
    Seperti air yang sama di samudera demikianlah kita ...  walau tetap setara di kedalaman awalnya namun tampak  sebagai buih yang berbeda di permukaan kita memang tampak beda. Equal but Respect ... kesetaraan dalam penghargaan dalam keseluruhan sesuai dengan peran yang dimainkan. ingat salam namaste. 
    karena kita semua sesungguhnya menghadapi ketak-terhinggaan holistik dinamis yang berlevel tanpa batas bukan sekedar keterbatasan neurotik stagnan yang hanya dilabelkan kesempurnaan 

    Bulgasal E 14 00:43:31,388 --> 00:43:34,349

    rasionalisasi pembenaran kepentingan Ok Ul Tae provokasi Kwon (ironis ?)
    Sometimes, those who aren't human reincarnate as one.        
    Adakalanya makhluk yang bukan manusia, terlahir menjadi manusia.
    ( dalih pembenaran dengan dalil kebenaran ?)
    Adalah kebodohan untuk membodohi diri sendiri apalagi diperluas dengan membodohi lainnya (dosa ~ amal jariyah ) . 
    Penyesatan sebagaimana pencerahan bisa saja (perlu ?) ada namun celakalah yang melakukannya (Kel 20 :7?) ... karena walau ada pembiaran kebebasan namun setiap effek kosmik (mentally, verbally & actually) akan berakibatkan dampak karmik bagi pelakunya .Segalanya terjadi sebagai peniscayaan .... Diperlukan keberdayaan autentik holistik pelayakan tidak sekedar kepercayaan penganggapan dan pengharapan belaka.
    Jangan meng-kambing hitamkan (konsep/figur) setan untuk segala kebodohan, ketamakan dan keganasan kita. Tanpa godaan setan eksternal sekalipun, internally kita sudah cukup parah dan payah melakukan kesalahan, keburukan dan kekejaman apapun juga.   
    Jangan memperdayakan (konsep/figur) Tuhan. Sesungguhnya Dia tidak sama pekok dan hebohnya sebagaimana kita yang masih naif dengan pembanggaan diri, liar dengan pengumbaran nafsu dan ganas untuk menghancurkan  sesamanya ( guardian personal kamavacara "Tuhan" lainnya ?)
    Sungguh seluruh mandala semesta ini tersedia cukup bagi semuanya namun tidak akan pernah cukup untuk memuaskan kesombongan, keserakahan dan kedurjanaan seorang manusia sekalipun.

    BAHASAN =  stigma kadrun ? Triade Manuver Target = mencari celah - menjadikan tercela - membuatnya celaka  
    Link video : 
    KRITIK RELIGI
     
    Bhante Pannavarro : Jangan membuat stigma 
    setiap jiwa walau tampak beda namun sama & setara dihadapanNya ( ariya atau asura, hewan atau manusia, dewata atau petta etc  ?) 
    Ini guyonan ? bukan ... kami harus tanggap & empati atas misunderstanding (blunder & manuver ... benar saja masih dicari celah salahnya , apalagi kalau bisa salah & disalahkan ... berbahagia di atas derita orang lain ?; merasa mulia dengan menista lainnya ? NO WAY.

    BAHASAN =  Brahma Vihara ?   
    Brahma Vihara ... Singkatnya Brahma artinya Tuhan, Vihara artinya rumah / kediaman. Jadi Brahma Vihara secara harfiah artinya menjadikan diri (konteks Panentheistic X pantheistics = spiritualitas batiniah bukan eksistensialitas zahiriah) anda sebagai 'rumah Tuhan'. Ini bukan berarti anda menganggap (mengidentifikasikan / mengilahkan) diri atau bahkan berharap (dideifikasikan/ diilahkan) lainnya sebagai Tuhan. Namun kaidah appamana Brahma Vihara ini adalah mengaktualisasikan diri agar anda layak menjadikan diri anda murni untuk memantulkan (bukan memancarkan ) bagi kuasa , kasih & ilmu Tuhan secara utuh ... bagaikan rembulan yang memantulkan cahaya mentari. (paradigma humble universal : meng-Esa tanpa meng-aku sebelum nanti paradigma true transendental : kiriya anatta ... meniada walau ada ... tentu saja setelah paradigma responsible existensial : genah nanging ngelumrah ... aktualisasi murni kesadaran di kedalaman dengan kewajaran ke permukaan ... menghindari keburukan agar tetap murni mukhlish tidak terjatuh apalagi jika sampai muflish bangkrut dijatuhkan karena keburukan meluas tidak hanya internal namun external juga, menjalani kebaikan untuk meningkat/ berkembang dan selaras akan keniscayaannya ... tanpa benalu pengharapan (pamrih, pahala bahkan parami ?) juga jerat penganggapan (istilah sufismenya : lillah billah dan fillah /untuk, dengan & dalam Tuhan/?... menjalani kebaikan semata demi kebaikan itu sendiri ... karena memang demikianlah keselarasan itu dilaksanakan ... susah, ya ...
    Nanti saja kita bahas lagi paska Monolog pada epilog Ovada patimokkha ). 

    Tentang Sakshin =
    abhidhamma (filsafat psikologi metafisik ilmu jiwa tanpa jiwa ?) & mahasatipatthana (panduan taktis sakshin )
    Terima kasih, Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas referensi Abhidhamma yang diberikan.

    IMPERSONAL REALITY (KEILAHIAN)

    komentar video tidak dijawab ?
    PLUS DATA/MYSTICS/ETC/KOMENTAR VLOG TQ SD 09072021.docx
    PLUS DATA/MYSTICS/ETC/KOMENTAR VLOG TQ SD 09072021.pdf
     

    https://www.youtube.com/watch?v=6cJ9zVwR9Wc&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=39&t=168s
    Anumodana, Bhante Khemadaro ,Samanera Abhisarano & bapak Feby atas tayangan video yang walau temanya memang sangat menarik namun bisa jadi sensitif. KeIlahian memang sentra mendasar & menyasar dalam wawasan/ tataran spiritualitas (ranah agama eksistensial, mistik universal & Dhamma transendental). Pandangan KeIlahian dalam Buddhisme memang unik karena bersifat Impersonal Transenden Nirvanik tidak sekedar Personal Immanen samsarik. Bisakah dijelaskan/ditegaskan ‘konsep’ keIlahian Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak – dari Uddana 8.3 ) dan juga Sang Hyang Adi Buddha oleh mendiang Bhante Sukong Ashin Jinarakhita ?
    komentar video tidak dijawab ?
    sungkan & riskan ? masalah sensitif bisa menyinggung 
    dianggap prank "kadrun" ? rasionalisasi menguji untuk motive tersirat mencobai/mengerjai untuk menjahili + menzalimi ?
    memang tidak harus dijawab ? transrasional untuk dibahas (toh yang utama etika berpribadi & berprilaku dalam kebersamaan > dogma berpandangan ?)
    mungkin memang ini pertanyaan dilematis walau tidak dimaksudkan untuk perangkap jebakan badman (bukan hanya external namun juga internal) ... jika tidak bisa dijawab penganut agama langit (?) akan menghujat anda dengan sebutan kafir atheis dsb (ini berdampak bukan hanya tidak mengenakkan eksistensial pribadi namun juga akan menjerumuskan mereka dalam penyimpangan kaidah etika kosmik berikutnya ... niyata miccha ditthi & kammacitta vipakkha karena kebodohan akan kepicikan/kepolosan jahiliah + kelicikan /kekasaran zalimiah mencela ... bukan hanya citta cetana mengharapkan namun sudah mulai akusala kamma mengusahakan orang lain celaka walau baru sebatas lisan belum perbuatan), jika anda bisa menjawab walaupun salah itu akan melegakan selera mereka (merasa sama, setara bahkan lebih unggul?) namun anda menyalahi akidah tepatnya menyimpang dari kaidah ethika Dhamma anda sendiri.


    33. Eps 446 | BATAS PENGETAHUAN MANUSIA MENURUT KITAB KEJADIAN?
    Walau senantiasa ada celah kebebasan dalam keterbatasan internal & pembatasan internal eksternal yang ada demi perolehan kebahagiaan ataupun bagi pencapaian keberdayaan.
    Bukan keabadian atau keilahian namun kemurnian yang selayaknya ditekankan dalam paradigma berpandangan manusia agar tetap berpondasi pada kebenaran transcendental , berorientasi pada kebijakan eksistensial dan berorientasi  beraktualisasi  untuk kebajikan universal..
    Buat apa mengharapkan keabadian diri karena sejak mumkimul wujud (diri) maujud dalam kehendak penciptaan, emanasi pencitraan ataupun katalisasi peniscayaan (etc) pada fase keazalian (ilahiah – alamiah – insaniah) itu bukankah sesungguhnya segalanya sudah berada dalam keabadian yang berproses dinamis dalam keseluruhan ini.
    Buat apa mendambakan keilahian diri karena klaim identifikasi justru akan meninggikan keakuan yang menjatuhkan diri & mengesalkan merendahkan lainnya apalagi upaya mendeifikasikan diri justru akan menyesatkan diri & menyusahkan lainnya dalam semesta kebersamaan ini. walau karena faktisitas kompleksitas dalam transendensi eksistensial & universal  perlu juga true lies internal / eksternal ?
    Meminjam istilah fisika kuantum, diri kita hanyalah beragam partikel electron imanen yang beredar terpancar bak gradasi pelangi pada aneka layer dimensi dari sentra inti atom kosmik transenden yang sama … selaraskan saja eksistensialitas diri kitasetara bersama dengan lainnya secara transcendental murni dalam kaidah universalNya. Dengan cara demikian evolusi pribadi tetap bisa dilakukan, harmoni dimensi juga bisa terjaga dan sinergi valensi juga tetap dalam kedewasaan/ pencerahan tanpa perlu konflik internal/eksternal dengan ketepatan pemeranan dari label eksistensial yang perlu dilakukan (true – humble – responsible)
    Atau pandangan panentheistik Ibn Araby : Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar
    Sufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).
    Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )
    Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Laisa kamitsilihi syai'un . Tan kinoyo ngopo
    Masihkah kita (diri yang hanya personal immanen) ingin (tepatnya: layak) bersaing untuk menyamai, menjadi bahkan melampaui Tuhan (Hyang juga Impersonal Transenden) ? hantu abadi atau tuhan abadi, Taoist ?



    Plus: hipotesa teoritis  3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara). .... mungkin tepatnya state keberadaan. (apalagi tidak hanya laten deitas personal samsarik) . 
    Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik  p.7

    Dhyana Dharma Keberadaan :
    Fase 1 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! )
    Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
    Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
    Dharma Dhyana Keberadaan :
    Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
    Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
    Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
    Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).  
    1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) 
    Transenden = Transendental - Universal  - Eksistensial  (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 
    2. Mandala Dengan Samsara, (Fase  dalam Dhamma < Dhyana )
    Transenden = Transendental , Universal  , Eksistensial  (Segalanya ada  karena Dia  Sentra Yang Esa) 
    Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 
    2.1. Awal : Mandala Pra Samsara  
    Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana 
    Universal  : keterlelapan energi / nama  Brahma : arupa & rupa , 
    Eksistensial  : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya  
    2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya  
    Dunia :  sd pralaya  Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya :  sd pralaya ( lokantarika ?) -  Brahma : sd pralaya ( abhasara etc  Nibbana : sd advaita ? 
    2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) 
    Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)
    Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara )  
    Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)  
    What's next ? 
    - Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali
    lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... Asaññasatta ?)  
    - atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) 
    - atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia  Sentra Yang Esa ) 
    3. Mandala Tanpa Samsara  (Fase  tanpa Dhamma - tiada Dhyana )  
    tiada  Eksistensial - Universal  -  Transendental    (Segalanya tiada  tanpa Dia Sentra Yang Esa )  

    SKETSA 

    apa ini? coretan tidak karuan..?.. ya ... itulah sketsa sederhana suchness philosophy .... paradigma  kesedemikianan , hehehe

    TENTANG SKETSA 
    Diagram Venn Himpunan aljabar ? Bujur Sangkar Universun hokistics (harusnya matra 3 bidang ruang > 2 bidang datar = bola > lingkatan Taoism ?)
    ~ = ketidak-terhinggaan (Realitas Kebenaran) ; E = sigma keberadaan ( Fenomena Kenyataan)
    A B C D = orientasi ke atas, ke dalam vs ke bawah ke luar  = Parama Dharma keselarasan vs Maha Avijja ketersesatan   
    Lingkaran  = layer eksistensial - Universal - Transendental  (disikapi secara holistik sebagai level gradasi > label hirarki ? )
    Juring AD = ideal keselarasan lokuttara (kedewasaan /pencerahan ) beri tanda centang ( V =victory ) vs Juring BC =  idiot ketersesatan lokantarika (tanda X wrong? )
    evolusi pribadi -  harmoni dimensi - sinergi valensi ; (swadika talenta visekha ) (persona regista persada) ; (menerima mengasihi melampaui)  (kesadaran di kedalaman - kewajaran di permukaan - kecakapan di keluasan)  (being true - humble - responsible )etc 
    TENTANG IDEA 
    kami tidak membuatkan belenggu pandangan lain, sesembahan baru maupun kelompok beda ( hanya ... just share idea pengertian keseluruhan ) 
    pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik  (bagi para agnostik)
    rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha)
    INFERENSI DIMENSI = 
    urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)

    NO

    WILAYAH

    LAYER

    ORIENTASI

    MODE

    SIFAT

    TERM

    TYPE

     DIRI ?

     TATARAN 

    1

    Kamavacara

    Eksistensial

    Kebahagiaan

    Eksploitasi

    Transaksi

    Lillah

    Persona

    Mengaku (sebagai aku)

    Personal

    2

    Brahmanda

    Universal

    Kesemestaan

    Interkoneksi

    Harmoni

    Billah

    Monade

    Mengesa (sebagai kita)

    Transpersonal

    3

    Lokuttara

    Transendental

    Keadvaitaan

    Aktualisasi

    Sinergi

    Fillah

    Sakshin

    Meniada (sebagai dia)

    Impersonal

    Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro 
    (ingat : kode etika 10 Ali Shariati  )

    Kutipan :

    Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya.  Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi  realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.  Dia adalah  Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.)  Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). 


    skema sederhana dari paradigma keniscayaan & peniscayaan kesedemikianan dalam keseluruhan , hehehe
    wei wu wei ... reresik tanpo kemresik  ... just be a sakshin

    TENTANG SKEMA 
    ~ = ketidak-terhinggaan (Realitas Kebenaran) ; E = sigma keberadaan ( Fenomena Kenyataan) ; I = mandala keberadaan 
    TENTANG IDEA 
    Kita beranjak lebih maju lagi akan kaidah gnosis wisdom untuk memperluas, memperdalam & memberdayakan

    MANDALA SEMESTA 
    Desain kosmik mandala ini memang kelihatan aneh & unik ... banyak paradoks & labirin dalam sistemNya (Well ... mentari Dhamma kebenaran transendental yang tidak hanya translingual  namun juga transrasional mungkin memang harusnya demikian agar ada ruang / peluang bagi  bagi avidya kebodohan secara semu, naif bahkan liar membiaskan pelangi semu keberagaman ... agar bisa makin mengesankan kepekokan & lebih mengasyikan  kehebohan  dagelan nama rupa samsarik di dalamnya, hehehe ).
    Secara mikrokosmik jika diri bertransendensi semakin ke atas &  ke dalam (realisasi> aktualisasi x defisiensi) justru secara makrokosmos semakin luas wilayahnya (bukan hanya memungkinkan kemantapan saat ini namun juga melayakan peniscayaan fase berikutnya disamping  melingkupi permukaan yang di bawah & di luar sebelumnya) ... So, triade realisasi evolutif (zenka keberadaan diri), aktualisasi harmonis (sigma kebersamaan alam) dan sinergi holistik (sentra kesedemikianan inti) mutlak secara simultan progresif difahami , dijalani dan dilampaui untuk tidak stagnan tumbuh berkembang tanpa harus tersesat dalam labirin apalagi tergelincir dalam kejatuhan (saran ideal bagi kita yang idiot, bro)

    Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan) 
    atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 
    Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi  

     

    Wilayah

    1

    2

    3

    Transendental

    Nibbana ‘sentra’ ?

    Belum diketahui ? 7

    Tidak diketahui ? 8

    Tanpa diketahui ? 9

     

    Nibbana ‘sigma’?

    Belum mengakui ? 4

    Tidak mengakui ? 5

    Tanpa mengakui ? 6

     

    Nibbana ‘zenka’ ?

    Arahata 1

    Pacceka 2

    Sambuddha 3

    Universal

    Brahma Murni  (Suddhavasa)

    Anagami 7 (aviha Atappa)

    Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

    Anagami  9(Akanittha)

     

    Brahma Stabil (Uppekkha )

    jhana 4 (Vehapphala)

    Asaññasatta 5 (rupa > nama)

    Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

     

    Brahma mobile (nama & rupa)

    Jhana 1 (Maha Brahma)

    Jhana 2 (Abhassara)

    Jhana 3 (Subhakinha)

    Eksistensial

    Trimurti LokaDewa

    Vishnu 7 (Tusita)

    Brahma 8 (Nimmãnarati)

    Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

     

    Astral Surgawi

    Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

    Saka  (Tãvatimsa) 5

    Yama (Yãma)6 

     

    Materi Eteris

    Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
    + flora & abiotik ? / 1
    Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
    2
    Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
    3

    10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ?  9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas  ) for humbling in progress to mystery. 

    10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ?  9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas  ) for humbling in progress to mystery. 

    MANDALA ADVAITA : just area ..
    Kamavacara : Personal (kealamiahan sensasi kebahagiaan) : Ego - Anicca 
    - bawah  : fisik - eterris 
    - tengah  :
    - atas      
    Brahmanada : Transpersonal (KeIlahiahan fantasi keberadaan) : Self - Dukkha 
    - bawah 
    - tengah 
    - atas 
    Lokuttara : Impersonal (Keswadikaan esensi Kesunyataan) : Esa - Anatta 
    - bawah : Nibbana  aneka jati Buddha ; tanha ? diri  kiriya 
    - tengah  : Advaita  prajna paramitta  karma ? alam kaidah niyama 
    - atas : Paramatta ? Udana ? 

    Triade ( 3 in 1) =Tuhan ? Impersonal Lokuttara > Transpersonal Brahmanda > Personal Kamavacara (Guardians = cakkavati ?)
    Tuhan = tanzih & tasybih ( Kausa Prima , Sentra Segalanya , etc ) 
    - Panentheistik > Pantheistik (Dalam keseluruhan) : 
    - Non-theistik > Not-theistik  (Tanpa pengagungan diri ) : 
    - Post Taoistik > Absolut Statik (Terus selaras dalam dinamika asymptot penyempurnaan keseimbangan)
    Dharma Vihara   :Balancing progress (symetry asymetry)


    Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll 
    idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? : Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu  & sama sekali bukan upaya yang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik Buddha ), apalagi samsara semesta (universal) terlebih lagi transendental (mengapa ?).

    https://www.youtube.com/watch?v=w-QhMDG_vHY&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=64&t=12m56s

    Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi).Bersedia untuk senantiasa terjaga  menjaga  berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) 

    Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan &  kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?).  So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .


    Lanjutkan dulu  ...

    KAIDAH TERTIB KOSMIK =

    2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 
    See :AN 3.136: Uppādā Sutta Sering disebut DhammaNiyama Sutta (?). 
    Dhamma tetap ada walau Buddha muncul atau tidak (pada masa Buddhakalpa dan atau Sunnakalpa)
    Dalam kitab suci Tipiṭaka pada Uppādāsutta bagian Aṅguttara Nikāya 3.136:
    Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ, ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā aniccā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā aniccā’ti.
    “Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah tidak kekal.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah tidak kekal.’
    Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā dukkhā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā dukkhā’ti.
    Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah penderitaan.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah penderitaan.’
    Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe dhammā anattā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe dhammā anattā’”ti.
    Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’”
    Dalam agama Buddha, kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut.
    Utuniyāma, hukum kepastian atau keteraturan musim. ; Bijaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan biji.
    Kammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kamma.; Cittaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kesadaran.
    Dhammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan dhamma.
    Link Media:
    Keberagamaan  yang sesuai secara eksistenstial, selaras dengan kaidah universal dan mengarah dalam tataran transendental .
     

    3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 
    3. KAMMA VIBHANGA 
    Secara simple bolehlah dikatakan  hukum karma adalah jika perbuatan baik dilakukan maka akan menghasilkan kebaikan juga kepada pelakunya demikian juga keburukan. Namun demikian kaidah nyata berlakunya hukum karma sangat kompleks tidaklah berjalan sederhana instant, direct & identik sebagaimana yang secara naif kita perkirakan. Ada 4 variasi kemungkinan dari kaidah kosmik hukum karma ini secara empiris menurut Buddha paska keterjagaan pencerahan samsarikNya 
    Link data utama : Piya Tan untuk bahasan Mahakammavibhanga sutta
    atau Link Video  berikut :

     
    Ashin Kheminda DBS Playlist  = Hukum Kamma  Cula Kamma Vibhanga - Maha Kamma Vibhanga

    See :slogan pacceka 
    Amor Dei, Amor Fati  
    (Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
    Dhammo have rakkhati dhammacarim 
    (Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
    Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
    (lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)  
    Appamadena Sampadetha 
    (berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)  

    BE RESPONSIBLE  bertanggung jawablah 
    BE HUMBLE (dalam) kerendah-hatian 
    BE TRUE  (untuk menjadi) sejati

    Sikap Batin Dasar : Be Realistics to Realize the Real 
    Menjadi spiritual (kemurnian autentik) tidak sekedar mengemas kesalehan estetik religius
    Untuk waspada (kaidah keutamaan > konsep kebenaran > trick kelihaian ) 
    Demi konsistensi & kontinuitas 'ovada paccceka? maka Kaidah etika  keutamaan tidak sebatas klaim konsep kebenaran apalagi sekedar trick kelihaian pembenaran 'sacred monistics' perlu ditekankan & ditegaskan. Ini dimaksudkan sama sekali bukan untuk menyinggung/ menyangkal kepercayaan normatif religius kita selama ini namun justru demi mendukung bahkan meningkatkan keberdayaan autentik spiritual kita selanjutnya. In short , agar senantiasa terjaga dalam kebenaran evolutif , menjaga kebersamaan semuanya & berjaga dari segala kemungkinan ...... bukannya terjatuh dalam semunya keterpedayaan, naifnya ketersesatan apalagi liarnya pengrusakan bukan hanya diri sendiri namun bahkan juga lainnya. 
    Sacred Monistics ? self term untuk pembenaran anggapan hanya dengan imaginasi / identifikasi bahwa karena telah berpandangan, beranggapan, berkelakuan bahkan pernah mencapai 'pencerahan' / "penyatuan' seseorang merasa sudah berhak merasa suci dan boleh melakukan apapun juga (termasuk kebejatan, kekejaman dsb) terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, lingkungan sekitar, dsb. 
    perlu akal sehat, hati nurani & jiwa suci dalam spiritualitas demi kebenaran, kebajikan & kebijakan bukan hanya demi evolusi pribadi kebaikan/perbaikan diri sendiri saja tetapi juga  harmoni dimensi kebersamaan & kesemestaan dengan lainnya disamping ... tentu saja ... agape alithea dalam keselarasan Saddhamma di mandala advaita ini.
    kutipan =

    sacred monistik ?
    Kutipan =

    Menganalisis sakral kritik  : 
    Ini masalah sulit karena berkaitan dengan sakralisasi tradisi ajaran ..... walau penting menentukan namun risih atau riskan diutarakan.

    1. irreversible magga phala asekha ? 
    See : tabel mandala transendental  (eksistensial nibbana < universal < transendental ) 
    Celah keterjagaan adalah celah keterlelapan juga jika arahnya berlainan ( tanazul - taraqqi) : sebagaimana gunung keterjagaan yang didaki demikianlah juga jurang keterlelapan bisa menjatuhkan. Keterjagaan Nirvanik nantinya akan terrealisasi jika kemelekatan akan keterlelapan samsarik terlepaskan (via taraqqi proses kelayakan peniscayaan) sebagaimana keterlelapan samsarik dahulunya terjadi  (tanazul azaliah : avijja - mana - tanha dst). misalnya panna menjadi avijja,  anatta menjadi mana , metta karuna menjadi tanha sneha , etc.  Keabadian terus berlangsung hingga saat ini sejak keazalian yang tidak diketahui lagi bukan hanya awalnya namun juga akhirnya  menunjukkan bahwa desain ini bukan hanya dinamis (tdk statis / permanen) namun juga tertata suci transenden (eksistensial < universal < transendental) tidak hanya liar immanen .
    tentang : Mistake of Mystics = Spiritual Materialism ? /see : Chogyam Trungpa - posting blog lalu/
    Konsistensi  keberlanjutan Keterjagaan bukan sekedar telah pernah "merealisasi" Pembebasan  (kebebasan perayaan untuk terlelap lagi bahkan kesewenangan samsarik?   ) .......   Levelling forever not jut labelling. 
    Lagipula banyak mistisi yang terjebak mengidentifikasikan lereng pencapaiannya sebagai 'puncak' pencerahan untuk dilegitimasikan  (pengakuan publik ) walau bisa jadi bukanlah Magga Phala namun 'hanya' pencapaian Jhana lokiya bahkan ternyata hanya  bhavanga atau bahkan halusinasi reflektif keinginan diri semata ?.
    Well, tetaplah merendah walau dalam ketinggian dan jangan meninggikan jika masih rendah .... Anatta bukan atta, tetap wajar meng-esa bukan heboh meng-aku. (Itu urusan impersonal pribadi diri dengan Realitas kosmik .... atau konsultasikan dengan guru spiritualnya sendiri jika punya).  Diluaran perlunya kita baik dan tidak mengacau .... masalah sudah berlevel suci atau apapun itu tak perlu diekspose ke publik  ... orang lain tidak butuh bahkan bisa jadi malah justru risih/ kesal karena kekonyolan  ego atau kekurang-pantasan etika sosial bertenggang-rasa tsb ? (atau ingat ... tanggap akan paradoks intuitif : menyatakan rendah hati sesungguhnya  justru menunjukkan ketinggian hati yang tersirat demikian juga dengan pengakuan 'kemuliaan'  diri lainnya )
    Dikarenakan begitu dalam/halusnya Saddhamma, Buddha Gautama sesungguhnya tampak lebih memilih untuk hanya menjadi paccekka walau tahu Dhamma yang ditembusnya bukan hanya tidak tercela namun bahkan sangat berguna. Namun karena saran ?/ permohonan ( x perintah) semesta yang diwakili Brahma Sahampati maka Beliau mengamati/  menyadari kemungkinan tercerahkannya juga lainnya sehingga kemudian bersedia membabarkanNya demi pencerahan dan kesejahteraan semua makhluk sebagai realisasi adhitthana Bodhisatta semula  . Well, tiada niatan menegakan ego pengakuan apalagi mengibarkan bendera kepentingan bagi dirinya sendiri & pengikutn/pendukungnya.   Hanya demi  aktualisasi welas asih Sammasambuddha tanpa defisiensi pengakuan / kepentingan apapun ( Apa artinya/gunanya kesemuan & keliaran samsarik yang memperdayakan dilakukan demi kejatuhan dibandingkan keberdayaan pencerahan & kebebasan nirvanik  yang telah dicapai untuk dijaga ?) 
    Ah ... ini aja cara awam truth seeker padaparama luar sasana untuk mempermudah wawasan pemahaman/tataran kesadaran True Seeker Neyya Buddha Savaka : Dialog empati dengan Buddha Rupang. .       .............................................................

    2. pemujaan keIlahian Buddha ? ( See : Internal critics Bhante Punnaji & Bhante Pannavarro di atas )
    posting lalu :   Ariya Buddha sebagai personal god ?  
    Hakekat KeIlahian: Level KeIlahian ?(advaita  transenden dvaita  immanen: Buddha ?- Brahma – Dewata – Asura -Atta ?) 
    Moksha mysticism sant mat  Dimensi Ilahiah : Alakh Niranjan- Brahm - Par Brahm - sohang- sat purush (Anenja Brahma ?)
    Buddhism : Brahmajala sutta , kasus Brahma Baka , etc. 
    Buddha terjaga akan keakuan samsarik bahkan jikapun beliau lebih berhak menjadi cakkavati atas seluruh samsara ini (bukan hanya dunia karena bukan hanya jhana 1 & 2 bahkan jhana 8 atau 9 ? sudah beliau realisasi juga, Brahma Baka)  daripada lainnya (kualifikasi Brahma sd imaginasi atta).So, kami  berani bertaruh (ketahuan mantan penjudi juga, ya?) Dia tidak akan terjebak untuk tersekap dalam permainan samsarik lagi .....Beliau bukan hanya telah mantap mencapai nibbana keterjagaan transendensi eksistensialNya namun juga kebijaksanaan menyadari dimensi transendensi Dhamma Universal  & kesaksian dimensi transendensi transendental ajatan abhutan dalam transendensiNya) ... anatta bebas dari keakuan internal  apalagi dari  pengakuan eksternal.
    Magga phala tidak irreversible karena bagaimana mungkin ada keterlelapan samsara jika puncak awalnya adalah keterjagaan Nibbana ( yang kemudian  telah dicapai dalam keterjagaan kembali ?) 
    Bahkan okelah ... jikapun kemudian beliau jatuh juga (karena misidentifikasi, "pseudo" aktualisasi" etc ? ), jangan lakukan kebodohan ketidak-pantasan  dengan pembodohan mengharapkan/ mengusahakan kejatuhan yang terjaga untuk kembali tertidur nyenyak bermimpi indah & megah agar bisa di-eksploitasi ?! = pembodohan karena kebodohan eksternal atau kebodohan karena pembodohan internal ? ..... untuk semakin menjatuhkan /saling menyesatkan  terhadap saddhamma ? ) ... tegakah/sukakah  menjadikan Sang Ariya menjadi (maaf ... dalam kesetaraan mandala Ke-Esa-an sesungguhnya tidak layak ada perbandingan / peninggian yang satu & perendahan lainnya ) berlevel asura, dewata atau bahkan Brahma sekalipun ? (Walau sesungguhnya kebalikannya yang lebih mungkin terjadi karena bukan Buddha yang terjatuh namun .... maaf ... justru savakaNya. )  
    Tuhan bukanlah bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnya 
    Perlu kebijaksanaan universal, keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas.
    Demi saddha kebhaktian untuk aktualisasi paedagogis kerendahan-hati universal / harmonisasi andragogis kepantasan eksistensial diri  ..okelah ..Jadikan Buddharupang sebagai media perenungan kualitas keluhuran Buddha untuk diteladani & direalisasi (bukan sebagai mezbah berhala identifikasi kemuliaan  pencitraan eksternal belaka apalagi demi eksploitasi harapan pembenaran kepentingan saja ). 

    3. pacceka di sunnakalpa ?
    Dhammaniyama sutta  : ada atau tidak ada Buddha , Dhamma tetap ada 
    Thus, Pencerahan tetap memungkinkan bagi siapa saja & kapan saja.(plus dimana juga?) ... maaf .... sesungguhnya bukan hanya "monopoli istimewa" Samma Sambudha dan para Ariya SavakaNya saja (plus Buddhist & Buddhism ?)  walau tentu saja untuk merealisasikannya tetap dengan penempuhan / penembusan / Pencapaian ke-Ariya-an dengan  keselarasan , keterarahan dan keniscayaan pemurnian kesejatian atas Saddhamma yang sama bagi semua ( KM4 , JMB 8 , etc ?).  
    Tampak provokatif seakan pelaziman kezaliman : claiming wilayah personal (ala buzzer kadrun) ? Don't be childish of being Buddhist. (jangan konyol kekanakan untuk naif apalagi liar sebagai Buddhist)  Lihat senyum agung kearifan & welas asih Buddharupang ... Walau memang memuliakan yang memang mulia adalah kepantasan yang perlu untuk sadar dan tulus dilakukan (demi kebaikan si pelaku sendiri sebetulnya), namun Transendensi sejati (eksistensial, universal, transendental) seharusnyalah tetap mantap berimbang bebas dari keakuan internal apalagi demi pengakuan eksternal . Tanpa niatan memperbandingkan demi tetap menjaga kebaikan sendiri/ bersama agar tetap mennghargai kesetaraan dalam keberagaman, sesungguhnyalah kemurnian tetaplah kemurnian walau dicela - demikian pula ... maaf ...kepalsuan tetap kepalsuan walau dipuja. Kenyataan diutamakan bukan pernyataan. Aktualisasi tindakan tidak sekedar 'pemilikan'? pandangan. Realisasi autentik kelayakan tidak sekedar anggapan kemasan pelagakan . DLL. DST. DSB. Untuk kesekian kalinya .....  just for levelling (to reach) not only? labelling (to claim).  
    See tentang Anatta : (kutipan komentar Vlog Bahiya, lagi)
    Dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana.
    Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya (saddha/samvega?) memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya. 
    Singkat kata, Buddhism seharusnyalah tetap selaras dengan/sebagai Saddhamma yang berlaku dan berhasil ditembus Buddha hingga level Kebijaksanaan Eksistensial Transenden Nibbana ( < Kesemestaan Universal Transenden < Kesempurnaan Transendental Transenden ).  Ini pencapaian dimensi samsarik tertinggi 'pribadi' yang (jujur saja) mampu difahami/ diterima sampai sejauh ini dan memang tampak logis & sangat etis mengungguli lainnya.

    TAMBAHAN =
    Secara filosofis (hanya inferensi hipotetis, lho) tampaknya masih ada 2 (dua) level tataran keberadaan diri paska Asekha (Arahata, Paccekka, Sambuddha ) yang belum diungkapkan (mungkin akan dicapai) Buddha Gautama di wilayah transenden lokuttara dimana kebijaksanaan Sakshin akan keannattaan diri dari dagelan nama rupa  samsarik bukan hanya layak dalam notion berpandangan namun juga  dalam pencapaian via realisasi penempuhan tidak sekedar referensi pengetahuan belaka.
    - Asekha = telah bajik terjaga ( namun dengan klaim mandiri tersucikan ... keakuan azaliah zenka nirvanik ?) 
    See : Aneka Jati (Dhammapada 153 -154) Udana Vatthu
    - Advaita = telah bijak terjaga (tanpa klaim kesudah-sucian pribadi ... keesaan azaliah sigma mandala ) 
    See : amala avimala ( Prajna Paramitta Hrdaya Sutta ) 
    - Adibuddha : telah benar terjaga 
    See : Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Udana 5.3 Parinibbana )

    Sudah selesai ? 
    Walau dalam mandala zenka keberadaan diri mungkin sudah cukup namun masih belum untuk wawasan/ tataran kesedemikianan keseluruhan sigma & sentraNya. Memang agak spekulatif  jika kita lanjutkan bahasan alternatif  multiverse sigma & Maha Sentra.
    multiverse sigma = 
    Mandala wilayah keberadaan yang kita huni ini mungkin hanya satu dari sekian banyak lokadhatu serupa yang ada. Tidak sekedar dimensi kamavacara bawah  dunia  fisik ini saja  (quantum paralel) namun bahkan hingga seluruh mandala keberadaan spirituyal zenka keberadaan diri bahkan hingga lokuttara. Mungkin ada wilayah yang lebih luhur namun ada juga yang lebih parah dari mandala spiritual kita. Yang paling luhur asymptot berada mendekati Maha Sentra Azaliah SegalaNya yang paling parah kualitas kemurnian spiritualitas terlempar menjauh dariNya ( Walau tetap terlingkup olehNya).

    Tuhan atau Tao ?
    Sebagai seorang SBAR (figur dengan swadharma eksistensial pemeran umat beragama & berTuhan) kami secara personal memang lebih akrab & familiar dengan terma 'Tuhan' dengan sakralisasi penganutan umumnya namun demikian jika para SBNR agak alergi dengan terma Tuhan atau agama yang terkadang dipandang rancu & kacau untuk beraktualisasi merealisasi (penempuhan & penembusan ) silakan gunakan terma lain bagi sentra ini, misalnya Tao atau lainnya 
    Coba kita bahas sejenak terma filosofis  Tuhan dan Tao ini khusus bagi SBNR (tidak untuk SBAR ... bisa kacau nanti. Kulak perkoro) 
    Tetaplah respek menghargai figure / konsep SBAR walaupun mungkin anda para SBNR tidak menyetujuinya.
    Terma Tuhan SBAR bisa kita pilah 3 : Tuhan personal agama (layer  kamavacara),Tuhan transpersonal mistik (label Brahmanda ) Tuhan inpersonal Dharma ( level lokuttara ) 
    Atau ini saja 

    KAMAVACARA ? (Dimensi fisik < eteris, astral surgawi , mental laduni ?) < BRAHMANDA (Dimensi monade kosmik Brahma (abhasara cs, vehapala cs, suddhavasa cs) < LOKUTTARA (Dimensi nibbana, advaita, paramatta ?) < ETC ( Hyang melampaui eksistensialitas diri < universalitas alam< transendentalitas inti  )

    RELIGI ABRAHAMIK = anthropomorphisme keilahian personal ? 
    Referensi Agama lain ..... referensinya googling sendiri, ya? (capek, repot & ribet ... untuk agama sendiri saja sudah habis-habisan tetapi belum habis juga, bro )
    Mystik  Yogi Sufi Radha Soami : 
    Dalam Mystic Radha Soami Tuhan bisa disebutkan(Varnatmak) personal atau tidak mungkin disebutkan(Dhunyatmak)transpersonal / impersonal ?.
    5 Holy Names.pdf (1 Alakh Niranjan astral surgawi, 1 Omkar Brahm mental kausal, 3 layer Brahmanda Lokuttara ?)
    Kutipan :
    Secara filosofis & psikologis sebagai kebijaksanaan Orientasi Universal dengan tanpa menafikan akan aktualisasi/ harmonisasi eksistensial dalam keberadaan personal,(walau kami bisa saja tidak benar,(malah salah atau disalahkan ?)- namun kami tetap konsisten dengan kaidah theosofi panentheistik daripada kesadaran kaidah pandangan theologi monistik pantheisme tersebut ataupun kewajaran theodice akidah risalah monotheistik umumnya sebagai sikap yang tepat agar tetap senantiasa true, humble & responsible baik dalam pengetahuan maupun penempuhan sebagai jalan tengah yang menyeluruh untuk tidak jatuh dalam identifikasi (imaginasi?) ataupun eksploitasi (manipulasi?) yang bisa jadi akan menggoyahkan keseimbangan dan mengacaukan keberimbangan dalam keseluruhannya. 
    (cukup tanggap atau perlu bahasan lanjut berikutnya? .... ada transenden Hyang Mutlak > //baca: yang lebih besar/Maha agung atau tidak sekedar/ hanya sebatas // laten deitas immanenNya).... Aktualisasi meng-Esa tanpa keakuan bukan defisiensi meng-aku dengan ke-Esaan (B-love > D-love, Maslow ?).
    2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :
    prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)
    1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)
    2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)
    3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian

    Bagaimana dengan Tao ?
    Tao sering didefinisikan sebagai Roh Universal yang berada dalam segalaNya ... Kesempurnaan azali yang terus menyempurnakan kesempurnaan abadiNya.
    Konsep absurd : Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 


    Be True :  x  imaginative
    vs kesemuan : kesombongan berpandangan / beranggapan ( identifikatif ?)
    mencela itu tercela./mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik /. Adalah keyakinan semu (atta dipatheyya/loka dipatheyya?) yang menyatakan/menghalalkan bahwa kita akan dianggap / dipandang mulia ego kita jika bisa berbangga diri apalagi jika menista lainnya ? 
    Sesungguhnya tidak perlu mengkambing-hitamkan setan, mara  & derivatnya (dajjal, lucifer, kafir, etc), karena sejujurnya kenaifan & keliaran ego kita sudah cukup parah & payah untuk merusak diri sendiri dan alam semesta ini tanpa perlu godaan atau cobaan siapapun juga. Well, jika mereka yang "tercela" tersebut memiliki integritas etika yang lebih baik & maju mereka pastilah akan berprihatin dengan kenaifan berpandangan ini ... sebaliknya jika moralitas norma mereka tidak cukup baik mereka tentulah akan tertawa karena kejatuhan bersama akan keliaran prilaku ini..
    Kutipan :
    Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi  semuanya  dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun. 
    Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah (sebagaimana) diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda.
    Dsb Dst Dll  

    Kutipan : Keraguan Ehipasiko? 
    Well, just ... Sapere aude (Horace/Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.

    Be Humble :  x identificative
    vs kenaifan : terjaga untuk terus memberdaya & tidak mudah terpedaya (magga phala & ritual ibadah ?)
    Untuk menjadi ahli & suci memang mutlak diperlukan kearifan & kebaikan .... namun tidak jaminan setelah level keahlian & kesucian tercapai bisa dipastikan kearifan & kebaikan akan mengikuti. 
    Selama berada dalam kondisi meditative okelah (karena toh dengan tidak melakukan kebodohan/kesalahan/keburukan kepada lainnya sudah termasuk kebaikan) namun apakah bisa dipastikan setelah itu kebijaksanaan & ketawaddhuan terus berlanjut dan tidak justru berubah dengan takabur kesombongan & pembenaran standar ganda kepentingan karena sudah merasa berlabelkan suci tsb (ingat : Ovada patimokha di bulan magha atau khosyiun - daaimun .... kelestarian meditative pada 3 saat sebelum, ketika & setelah meditasi/realisasi/)
    kutipan : 
    Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
    Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak &  tersekap dalam keterpedayaan  yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). 

    Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental

    Be Responsible :  
    vs keliaran manipulatif : senantiasa terjaga, menjaga & berjaga dari segala kemungkinan( tidak hanya mengandalkan/mengharapkan/membebankan ... maaf 'hanya' ... rahmat pengampunan/penebusan dosa & kemungkinan ahosi karma/ penghalalan 'kiriya' sacred monistik )
    Walau memang ada kemungkinan pertolongan eksternal maupun keberuntungan Mahakammavibhanga internal dsb namun demikian demi kebenaran, kebajikan & kebijakan , janganlah melakukan kebodohan internal & pembodohan eksternal apapun juga kepada siapapun saja .... Bahkan kalaupun itu memang kebenaran tersebut ternyata memang demikian kenyataannya namun sikap keutamaan adalah tetap lebih perwira, terjaga dan berdaya dalam segala hal ... bolehlah bertaruh akan 'keajaiban' namun bersiagalah menerima jika yang tak diperkirakan justru yang terjadi. (Be Wise, guys). Latihan aktualisasi murni untuk mampu melampaui faktisitas samsarik tidak sekedar defisiensi perolehan apalagi manipulasi transaksional belaka ?.

    Kutipan :Untuk kesekian kalinya : Be realistics to Realize the Real

    Be Realistcs to Realize the Real  .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ).  
    Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga. Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).
    Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama)  siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan,  untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.

    Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun   Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi  yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselarasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh dari kesunyataan Impersonal Transenden ini.
    Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental .....
    So, Quo Vadis ?
    Dengan tanpa menafikan untuk selalu tetap empati, harmoni dean sinergi dengan kepantasan tanggung jawab dagelan nama rupa kita ( terutama dengan semakin selaras dalam sinkronisasi atas kaidah Saddhama di level eksistensial, universal & transendentalnya) , Be genious  ... janganlah terlalu terbawa obsesi internal (walau mulia?) apalagi ambisi eksternal (demi ego pengakuan, kekuasaaan) apalagi bermalasan seenaknya (malah semakin naif liar mengumbar) hingga hanyut tenggelam dengan sensasi/fantasi figur eksistensial yang sudah, sedang dan akan kita perankan selama ini. Dihadapan Realitas Kasunyatan kita sesungguhnya hanyalah media impersonal tanpa inti (anatta) dalam proses timbul lenyapnya cittakhana agregat kesadaran akan keberadaan nama rupa (anicca) yang jika karenanya kita moha terbodohi sebagai entitas 'keakuan' maka kita akan cenderung lobha melekati (menyenangi untuk apa yang menyenangkan ego kita saja) dan dosa membenci (kesal dengan apa yang mengesalkan ego kita saja) dan mengakibatkan rangkaian papanca kecenderungan MLD (moha-lobha-dosa) yang semu, naif dan liar akan penderitaan (dukkha). Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental 

    Kita adalah media impersonal dengan berbagai peran eksistensial dalam arena universal di segala wilayah immanen Hyang Transenden. 
    sadari & jalani permainan peran / amanah tugas ini dengan selaras pada kaidah keniscayaan kebenaran saddhamaNya 
    dengan senantiasa terjaga  , menjaga & berjaga 
    Be realistics to realize the Real 
    Be True, Humble & Responsible  as one (existensial figure) in One (Universal immanent ) of  ONE  (Esensial Transendent )
    Just as it is  

    LEVEL IMPERSONAL > LABEL PERSONAL
    keniscayaan kesedemikianan > pengharapan penganggapan

    MONOLOG

    TRIADE = GNOSIS - EXODUS - WISDOM

    2. To Realize : kesadaran integritas untuk tulus menuju pemurnian kesejatian
    FORMULA SWADIKA : tentang keberdayaan ( TO REALIZE )
    Sadhguru Yasudev quote :
    one of the most important thing is to liberate human beings from their compulsiveness and insanity and pave away to go beyond.
    satu hal terpenting adalah membebaskan manusia dari sifat kompulsif dan insting mereka dan membuka jalan untuk melampauinya 


    GNOSIS = 

    Sadhguru Yasudev Quotes : 
    If you are looking for solace, belief system is fine. But if you are looking for a solution, you have to seek.
    Jika anda mencari hiburan, sistem kepercayaan baik-baik sajalah. Tetapi jika anda mencari solusi anda harus mencarinya. 

    Tentang Evolusi Spiritual =

    Sabda Buddha 

    Aneka jati samsaram, Sandhavissam anibbisam, Gaha kararn gavesanto, Dukkhā jāti punappunarm, u Gaha karaka ditthosi, Puna geham na kāhasi, Sabba te phasukā bhaggă, Gahakūtarn visankhatarń, Visankhara gata cittam, Tanhananm khayamajhagã.
    Through many people I wandered in samsara, searching, but not discovering, arn, bbä home. Suffering is born again and again. Oh, for me, home! You're seen. You will not be able to make a house again. Everything is broken. Your main pillar I have destroyed. My mind has reached the state of uncondition, where the attachment I have destroyed.
    Melalui banyak orang (figur peran keberadaan) Aku mengembara dalam samsara, mencari, namun tak menemukan, pembuat rumah. Menderita terlahir lagi dan lagi. Oh, pembuat rumah! Kau sudah terlihat. Anda tidak akan bisa membuat rumah lagi. Semuanya sudah rusak. Tiang utamamu telah kuhancurkan. Pikiranku telah mencapai keadaan tanpa syarat, di mana kemelekatan telah kuhancurkan.

    Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 
    Memahami kesedemikianan = Realitas Kesunyataan & Fenomena KeberadaanPrediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 
        

    Evolusi avatara spiritual ? Mystic being paska  dasavathara Kalki  ?
    Balance keseimbangan hidup total ? just be -  one in ONE
    Hidup total dalam penempuhan induktif (7 dimensi?) bagi evolusi pribadi eksistensial, kebijaksanaan deduktif demi harmoni dimensi universal dan keterarahan holistik pada sinergi saddhamma transendental .... bukan hanya selfish demi ego sendiri namun selfless bagi keEsaan mandala advaita ini. dan seharusnyalah tampaknya bisa diusahakan setiap zenka berkesadaran dimanapun dimensi keberadaannya dalam segala situasi & kondisi keterbatasan dan pembatasannya sebagaimana kaidah yang diberlakukan Niyama Dhamma dalam mandala advaita ini agar tetap kokoh dalam keberadaan dan keberdayaanNya yang homeostatis, interconnected & equiliberium. Well, 7 dimensi pemurnian kesejatian= fisik, etersis, astral, kausal, monade, kosmik & nirvanik - Osho  (demi keselarasan harmonis & holistik Homo Novus Mystical Being eneagram 10 ?) 

    Tantien

    Pusat

    Hati

    Rasio

    10 ?

    Kalki (destroyer?)

    Zorba (artistics)

    Zenka? (holistics)

    Ethical

    Rama 7 (peaceful)

    Khrisna 8 (lovely)

    Buddha 9 (meditative)

    Emotional

    Parasurama 6 (warrior !)

    Vamana 5 (insani)

    Narasimha 4 (hewani)

    Physical

    Matsya 1 (ikan air)

    Koorma 2 (amfibi kura2)

    Varaha 3 (celeng darat)

    Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 (for the Next Mystical Being 10 ?)
    1. Kalki destroyer (Ancient Hinduism Myth of dasavathara ) penghancuran addhamma di akhir yuga 4 atau hingga  menggenapi siklus pralaya samsarik rupa lokantarika Asura > progress swadika nirvanik nama lokuttara Ariya ? ironis & tragis karena kesalahan sesungguhnya bukan pada aspek khanda rupa material fisik alamiah  namun pada keburukan asava aspek nama batiniah zenkanya. / awas dosa byapada kebencian/ 
    2. Zorba the Buddha (hipotesis Osho for New Man ) ? vitalisme mampu filosofis atau menjadi hedonis / awas lobha tanha ketamakan /
    3. Zenka the holistics (just dream ?) ... Ariya Swadika di segala mandala / awas moha avijja kebodohan juga, lho  / 
    Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental
    Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 
    (wah ... harus revisi karya lama diri kami sebelumnya , deh ... karena kemurnian mencintai kebenaran adalah keniscayaan yang mutlak  (sudah keterarahan atau masih keterpedayaan atau dalam keterpaksaan ?) seharusnyalah ini tetap mengatasi segalanya termasuk kelihaian manipulatif pemerdayaan yang memang akan memperdayakan harmoni keselarasan bukan hanya dimensi keswadikaan diri namun juga demi kebersamaan/ kesemestaan/ kesunyataan dalam kesedemikianan desain kosmik mandala advaita ini ... sacca individual, metta universal & agape transendental as spiritual sadhana for all in 84th era dst , Sadhguru Yasudev ?
    semoga tanggap demi empati, harmoni, sinergi. kebersamaan semua. /mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun
    dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik / 
    So, jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini.  So, pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?).  
    Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha)  ! 
    (See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 ) 
    So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys). 

    prajna paramitta avalokitesvara
    HARMONI DIMENSI
    memahami hakekat realitas transendental kesedemikianan
    Prajñāpāramitā
    kebijaksanaan agung prajna paramita

    Oṁ! Namo Bhagavatyai Ārya-Prajñāpāramitāyai!
    Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramita
    Ārya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhīrāṁ prajñāpāramitā caryāṁ caramāṇo,
    Sang Ariya Bodhisatva  Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,
    vyavalokayati sma panca-skandhāṁs tāṁś ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.
    melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri

    Iha, Śāriputra, rūpaṁ śūnyatā, śūnyataiva rūpaṁ;
    Di sini, Wahai Śāriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;
    rūpān na pṛthak śūnyatā, śunyatāyā na pṛthag rūpaṁ;
    kekosongan tidak berbeda dengan wujudwujud tidak berbeda dengan kekosongan;
    yad rūpaṁ, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rūpaṁ;
    Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.
    evam eva vedanā-saṁjñā-saṁskāra-vijñānaṁ.
    Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.

    Iha, Śāriputra, sarva-dharmāḥ śūnyatā-lakṣaṇā,
    Di sini, Wahai Śāriputra, segala dharma bersifat kosong , 
    anutpannā, aniruddhā;
    Tanpa kemunculantiada pula kelenyapan ;
    amalā, avimalā;
    Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;
    anūnā, aparipūrṇāḥ
    Tanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan

    Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāṁ
    Karena itu, Wahai Śāriputra,  dalam kekosongan itu
    na rūpaṁ, na vedanā, na saṁjñā, na saṁskārāḥ, na vijñānam;
    tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;
    na cakṣuḥ-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāṁsi;
    tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;
    na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraṣṭavya-dharmāḥ;
    tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;
    na cakṣūr-dhātur yāvan na manovijñāna-dhātuḥ;
    tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;
    na avidyā, na avidyā-kṣayo yāvan na jarā-maraṇam, na jarā-maraṇa-kṣayo;
    tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,
    na duḥkha-samudaya-nirodha-mārgā;
    tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;
    na jñānam, na prāptir na aprāptiḥ.
    tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.

    Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād Bodhisattvasya
    Oleh karena itu, Wahai Śāriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,
    Prajñāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraṇaḥ,
    Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,
    cittāvaraṇa-nāstitvād atrastro,
    memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,
    viparyāsa-atikrānto, niṣṭhā-Nirvāṇa-prāptaḥ.
    mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāṇa.

    Tryadhva-vyavasthitāḥ sarva-Buddhāḥ
    Semua Buddha berdiam di tiga masa 
    Prajñāpāramitām āśritya
    dengan mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan
    anuttarāṁ Samyaksambodhim abhisambuddhāḥ.
    sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi

    Tasmāj jñātavyam Prajñāpāramitā mahā-mantro,
    Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agung
    mahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraḥ,
    mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,
    sarva duḥkha praśamanaḥ, satyam, amithyatvāt.
    Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.

    Prajñāpāramitāyām ukto mantraḥ
    Dalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkan
    tad-yathā:
    dengan cara berikut ini
    gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!
    pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!

    Iti Prajñāpāramitā-Hṛdayam Samāptam
    Dengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati 

    EXODUS =

    Sadhguru Yasudev Quotes : 
    Only in transendence can there be transformation. When you keep rising from where you are right now, one day you will be profoundly transformed. 
    Hanya dalam transendensi dapat ada transformasi Ketika anda terus bangkit dari posisi anda saat ini, Suatu hari anda akan ditransformasi secara mendalam .

    2. Antithesis : TO REALIZE  (tindakan yang tepat)

     


    1. orientasi kesadaran  

    2. transendensi kearhatan  

    3. transformasi kecakapan  

    4. aktualisasi kemapanan 

    5. harmonisasi kewajaran

    1. Menghadapi Keabadian : 
    Swadika, Talenta, Visekha
    Swadika :
    Talenta, :
    Visekha:
    2. Menghadapi Kehidupan : 
    kecakapan, kemapanan, kewajaran
    kecakapan :
    kemapanan, :
    kewajaran :
    3. Menghadapi Kematian : 
    Racut , Bardo , Alam 
    Racut : 
    Bardo :
    Alam :

    Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan

    Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)
    Berikut alternatif  Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing  masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita.  5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian . Dari : Secara filosofis & psikologis sebagai kebijaksanaan Orientasi Universal dengan tanpa menafikan akan aktualisasi/ harmonisasi eksistensial dalam keberadaan personal,(walau kami bisa saja tidak benar,(malah salah atau disalahkan ?)- namun kami tetap konsisten dengan kaidah theosofi panentheistik daripada kesadaran kaidah pandangan theologi monistik pantheisme tersebut ataupun kewajaran theodice akidah risalah monotheistik umumnya sebagai sikap yang tepat agar tetap senantiasa true, humble & responsible baik dalam pengetahuan maupun penempuhan sebagai jalan tengah yang menyeluruh untuk tidak jatuh dalam identifikasi (imaginasi?) ataupun eksploitasi (manipulasi?) yang bisa jadi akan menggoyahkan keseimbangan dan mengacaukan keberimbangan dalam keseluruhannya. 
    wah .... gambar kiblat papat limo pancernya (4 arah + 1 pusat = 5) koq jelek begini  amatiran.. asal bikin (rugi waktu & energi bikin logo..sebodo amat, biarin aja)  (hehehe .... dianggep cakeplah)   

    1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
    Swadika :
    Talenta, :
    Visekha:
    2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran
    kecakapan :
    kemapanan, :
    kewajaran :
    3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 
    Racut : 
    Bardo :
    Alam :


    1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
    Data lama :

    1a. Swadika :
    Swadika  berkaitan dengan level esensi Panna untuk bawaan kelanjutan.

    Kutipan :
    Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran  
      

    Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183Bro Billy Tan (p. 12 - 20)

    Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro 
    Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama)  Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro 
    Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha  kesemuan  "penderitaan".
    Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi etika pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)

    No

    Level

    Saddha  

    (peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)

    Sila  revised

    (pakati + pannati : varita & carita)

    Samadhi

    (Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian

    Kebijaksanaan

    Panna

    Dhamma Vihara

    (Kelayakan terniscayakan)

    Prior Input

    Final Output

    1

    Elementary

    Suta maya paññā (intelek)

    Pancasila

    Appana & Khanika

    Diba Vihara (surga ?)

    Padaparama dihetuka

    Neyya tihettuka

    2

    Intermediate

    Cintā maya paññā (intuisi)

    Atthasila

    Jhana (lokiya & lokuttara)

    Brahma Vihara   (Ilahi?)

    Vehapala  (rupa + arupa?)

    Gotrabu Anuloma

    3

    Advance

    Bhāvanā maya paññā (insight)

    Samanasila

    Magga & Phala   (irreversible ?)

    Ariya Vihara (murni?)

    Sekha

    Asekha ?

    Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,.  semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb) 

    Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya  & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ). 

    SITA HASITUPADA 
    See :  Sita Hasitupada (harus tanggap tidak asal tangkap, ya?)

    Tersenyum seperti Buddha
    (Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) 
    Be Realistics to Realize the Real 


    Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).
    Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.
    Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.
    Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.

    Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik 
    Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik

    Tersenyum seperti Buddha JMB 5
    karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritual
    Kecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)
    Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)
    Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )
    Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri
    (harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )

    Tersenyum mengarah Buddha JMB 8
    karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritual
    Paska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)
    Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )
    Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) 
    Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri
    (harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga  = Dhamma Vihara )

    Tersenyum sebagaimana Buddha JMB 10
    karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritual
    Dengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala  )
    Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)
    Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala  non karmik?)
    Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri 
    (harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara  = Ariya Vihara )

    Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.
    Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasi
    Jalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.
    Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.
    Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
    Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.

    Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan
    PENCAPAIAN  AGAMA  Kualifikasi Surga  (JMB 5 )
    PENCAPAIAN   MYSTICS  Kualifikasi Brahma (JMB 8)
    PENCAPAIAN  SADDHAMMA Kualifikasi Ariya (JMB 10)

    plus :
    PARADIGMA SEDERHANA  KEMBALI MEMBUMI 
    IMPERSONAL REALITY :

    impersonal Reality : keselarasan  kesadaran berpandangan taransendental, kelayakan berpribadi universal dalam kewajaran berprilaku eksistensial 
    menatap Buddha Rupang  reversed inference (Empati kosmik < Direct Insight?)
    Dibalik Sita Hasitupada Rupang Buddha : Apa arti senyumMu, Tathagata ? Dilemma Acinteya Simsapa Buddha Gautama :
    Aku (sesungguhnya) tidak pernah menyusahkan dunia namun dunia ini (sewajarnya?) akan selalu menyusahkan aku.
    Apakah yang seharusnya dilakukan ? secara transendental (sebagai zenka swadika ) JMB 10 
    Apakah yang sebetulnya dilakukan ? secara universal ( sebagai media semesta ) JMB 8
    Apakah yang sepatutnya dilakukan ? secara eksistensial (sebagai figur persona ) JMB 5 
    Dalam shunyata permainan keabadiaan dualitas ini bhava samsara terdelusi keakuan & kemauan faktisitas/vitalitas keberadaan diri dan cenderung “kegeden anggep & kakehan karep’ (membesarkan kebanggaan eksistensialitas diri & mengejar kebahagiaan eksternalitas) biarlah kusadarkan mereka dengan dengan sisi lain dualitas permainan ini dengan idea simsapa kenyataan dukkha derita pelekatan tanha akan anicca segala proses perubahan kemenjadian yang ada di segala sesuatu atas delusi samsarik pemeranan diri yang anatta ....untuk KEBIJAKAN ADDUKHA DEMI KEBENARAN ANICCA BAGI KEBAJIKAN ANATTA. So, Just be Impersonal

    Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be  
    LEVEL IMPERSONAL > LABEL PERSONAL
    keniscayaan kesedemikianan > pengharapan penganggapan

    perlu kelayakan > kesadaran > kefahaman : acinteya ariya - panna kiriya 
    Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? )
    kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )

    1b. Talenta :Transformasi Kecakapan 
    Talenta berkaitan dengan bakat zarah Bhavana untuk bawaan selanjutnya Merealisasi talenta keberdayaan  Kecakapan Intelgensi , dst  

    Intelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an  ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini . 
    Tentang prakata kecakapan intelgensi sudah kami utarakan pada posting sebelumnya.

    Sekedar gambaran saja kecakapan intelgensi manusia sesungguhnya sangatlah luas tidaklah sederhana sebagaimana yang umumnya kita gunakan selama ini. Terma kami mungkin agak berbeda dengan pandangan pakar (Henry Bergson?), intuisi tidak sama dengan instink … intuisi meng”esa” merendahkan hati menyatu dalam keseluruhan dan menemukan pentingnya kebenaran sedangkan instink meng”aku” memisah dari keseluruhan meninggikan diri demi mencari pembenaran kepentingan… sementara itu intelek walau berusaha mencari kebenaran (pembenaran?) namun dia memisahkan diri … walau memang sangat berguna bagi kepentingan pragmatis eksistensialitas kita namun kadang bahkan sering kurang memadai untuk menumbuh-kembangkan spiritualitas diri.(para filsuf perenealis pasti menyadari ini dan praktisi meditator pasti mengakuinya juga). Well, maaf … jika Lao Tse ada mengatakan :”Jika kamu hanya pintar, kamu sesungguhnya masih bodoh.”  Ini bukan pernyataan yang mencela kita yang terbiasa dan sering konyol berbangga dengan kemampuan intelektualitas yang dimiliki/dicapai namun ini adalah kenyataan yang seharusnya kita akui. Ada 3 tiga kelemahan intelek fikiran terutama untuk penempuhan spiritulitas yang akhirnya kami sadari hingga saat ini. Fikiran hanya lihai mengulas namun kurang bijak dalam memecah masalah. Fikiran cenderung berfokus spasial tidak menjangkau global. Fikiran terkadang juga memperdaya diri dikarenakan kebiasaannya yang cenderung mengamati dengan meninggi dari menara pengamat maka dia cenderung untuk menghakimi tidak sekedar memahami yang diamati (kewajaran arogansi alamiah para intelektual?). Orientasi berfikir yang konsentratif dalam pengamatan fenomena juga bertentangan dengan penghayatan Realitas kemurnian meditasi (Perengkuhan Realitas bukan Dualitas Pemisahan ?). Sejujurnya,saya iri (bukan dengki) pada mereka yang bersahaja namun justru malah diterimaNya.
    Seorang Mistisi Senior pernah menyatakan kepada saya atas keluhan senantiasa gagalnya saya ber-“meditasi” (tepatnya mencapai keberadaan meditative), beliau berkata : “karena kamu terlalu pintar.” Jawaban ini mengagetkan saya. Ini memang bukan celaan dari beliau (karena Saddhamma memang tidak membolehkan perendahan atas lainnya… untuk tidak menjatuhkan levelnya sendiri dalam ahamkara kesombongan dan melanggar kaidah kasih universal untuk senantiasa menghargai, menerima dan mengasihi segalanya) namun juga jangan ge-er 'gede rasa' dan secara konyol menganggap ini sebagai pujian atas diri sendiri (dalam penempuhan bukan hanya keahlian daya tangkap yang perlu ditingkatkan namun kepekaan daya tanggap juga perlu dikembangkan termasuk atas ‘sindiran’ halus yang terpaksa harus dilakukan atas kenyataan impersonal obyektif yang ada x keberadaan personal subyektif lainnya). Secara tersirat beliau menceritakan para Bhakta /Sadhaka yang sederhana pemikirannya justru malahan lebih mampu bahkan sangat cepat ‘masuk’ karena kepolosan dan ketulusannya daripada para orang yang (merasa/tampaknya) terlalu pintar. Dengan tanpa menafikan pentingnya referensi intelektual untuk ‘pemuasan akal’ /’kesiapan diri’ agar mantap dalam kepercayaan dan keberdayaan perjalanan untuk kemudian bersegera dalam penempuhan keberdayaan secara autentik, meditasi sebagaimana elemen spiritualitas lainnya sesungguhnya sangatlah murni …tidak mengharuskan (tepatnya mungkin secara impersonal : tidak memperdulikan atau bahkan tidak menginginkan) anggapan “ke-sudah-sempurna-an” ide dari ego (mana … kesombongan subyek atas pemahaman intelektual referensi) dan harapan “ke-ingin-sempurna-an” ego atas ide (tanha… perolehan obyek capaian instan sesuai keinginan).  Segala sesuatu akan sesuai sebagaimana aslinya dan segala sesuatu tetap ada waktunya. Setinggi apapun anggapan kelayakan dan sebesar apapun keinginan kita … tinggalkan dulu selama sessi itu (tidak penting malah justru menghambat, membebani dan menghalangi). Jalani saja segalanya secara sadar dan sikapi secara wajar .. apapun itu. Segalanya akan terakumulasi, tersinkronisasi dan terrealisasi pada saatnya. Puluhan tahun yang lalu ketika saya singgah belajar di perpustakaan Vihara Mendut seorang Bhikkhu menasehati : Jalani saja semuanya (maksud beliau : tisikkha secara murni) jika samadhi sudah kokoh segalanya akan datang dengan sendirinya.
    (Nostalgia Seeker Tempo Doeloe .... ribet, bro.. tidak seperti sekarang. Dulu sering dicurigai dari lingkungan awal dikira murtad dan ketika di komunitas tujuan malah disangka mau jihad... capek, dech. Cari data lebih repot lagi... blusukan dulu, masuk komunitas, serap data kemudian sebagaimana datangnya perginya juga harus baik-baik juga. Sekarang via internet sudah berlimpah. Sayang sudah usia senja ... akomodasi mata , intelgensi otak dsb sudah semakin surut menurun walau data berkelimpahan namun hanya sedikit yang bisa sempat dibaca )
    Well … lega juga ... saya sudah jujur mengakui kami hanyalah pemerhati yang belum berlevel meditator tihetuka handal ... dihetuka padaparama istilah 'teknis'-nya ... mentok di wawasan & stagnan ke level tataran kelanjutannya, namun semoga sharing pengalaman dan refleksi pengetahuan ini cukup berguna. 
    Tambahan bagi sesama Padaparama lainnya:
    Taoist mengungkapkan saran intuitif yang terdengar agak paradox: “berfikirlah dengan hatimu karena otakmu sesungguhnya hanya menara pengamat.”  Dari Esoteric Psychology Osho ( source link-nya sekarang ‘zonk’ ?) menyatakan ketika seorang bertanya kepada rahib Zen Buddhism darimana anda berfikir ? dia akan meletakkan tangannya di pusar perutnya… jawaban insight yang mungkin terdengar ‘gila’ atas 3 dantien sentra kesadaran manusia. Jangan marah namun tersenyumlah ini hanyalah candaan kosmik atas kekonyolan kita selama ini yang tidak berkembang dan kurang berimbang.  

    well, ini saja sebagai acuan pembuka (eneagram intelgensi 9 + 1) sinkron dengan orientasi kesadaran awal ... puluhan tahun lalu karena belum tahu inti kasunyatan yang seharusnya juga selaras dengan kemurnian Intelgensi Intelgensia Transenden Universal sehingga bebas berimaginasi untuk memuaskan sensasi kemauan & fantasi keakuan (walau tidak semuanya ). Yap, coba inferensikan lagi. (buat tabel triadenya dulu) plus data referensinya (walau ini ilmu baru toh sejumlah orang sudah share data pemicunya juga ).
    Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan

    No

    Level

    Dimensi

    Tantien pusat

    Tantien hati

    Tantien otak

    Z

    1

    Elementary

    3 tataran intelek

    1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,

    2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,

    3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;

    123

    2

    Intermediate

    3 wawasan intuisi

    6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;

    5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,

    4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,

    654

    3

    Advance

    3 penembusan insight

    7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah

    8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,

    9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)

    789

    Dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain). Hanya mereka yang telah menghayati surga di hatinyalah (karena hidayah kuasa kasih yang terpancar dari wujudNya telah melingkup hati hambanya - bukan sebaliknya ?) yang kemudian akan menghadirkan surga di dunia ini (memberkahi kehidupan dengan kuasa kesejahteraan dalam kebersahajaan kasih dan tidak melakukan pembenaran akan pengrusakan dan bermegah dengan kesombongan apapun bentuknya) sehingga layak mendapatkan surga di sisiNya kelak. Tanah (baca: jasad) memang kelak akan kembali ke bumi (baca: mayat) sebagaimana harusnya namun demikian cahaya (baca: ruh atau sekedar jiwa ?) sebagaimana layaknya kembali (untuk selalu menghadap) ke Sumbernya (Tuhan)

    Tentang kesaktian metafisik dalam penempuhan kemurnian spiritual : 

    Link lain :
     
    SINERGI = EVOLUSI + HARMONI

    https://www.youtube.com/watch?v=sa6Bdaov7VA&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=4
    34.  10 KEKUATAN SUPRANATURAL YANG BIASA DIDAPAT SAAT KEBANGKITAN SPIRITUAL
    https://www.youtube.com/watch?v=sa6Bdaov7VA&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=4
    Waspadalah para penempuh kemurnian karena by product kemuliaan (godaan atau cobaan?) bisa menjebak anda. Sesungguhnya bukan hanya dengan penempaan meditasi intensif ataupun transaksi perolehan eksternal bahkan kemurniaan sila tampaknya memungkinkan untuk itu. 
    Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka (penempuh kebenaran/ Mistik keilahian atau Dharma kemurnian ?)  adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian / keilahian?) walau niatan yang tidak/ kurang benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) .Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). 
    Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya  memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ?
    Disamping triade sadhaka evolusi pribadi yang tetap perlu dijalankan, harmoni dimensi juga harus dijaga demi sinergi valensi demi pemberlanjutan keberdayaan tanpa keterpedayaan demi meniscayakan kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan ?) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan), kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?)

    Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian/keilahian?) walau niatan yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) . Bukan untuk niatan menghibur diri sebagai padaparama dihetuka jika kami jujur mengatakan : jangankan untuk melampaui untuk menguasai / memiliki saja sulit .... nggak bisa, hehehe.  Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya  memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ?
    (See : keteladanan Buddha untuk melampaui  di bawah) 

    Kutipan lengkap komentar Bahiya :  DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf  p.6 

    Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
    PROLOG  
    Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).
    STATISTIK ?  
    Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.
    Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).
    BAHIYA SUTTA ?  
    Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).
    EPILOG
    Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.
    Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
    Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana. 

    1c. Visekha:
    Visekha berkaitan dengan hisab karmik Sila untuk bawaan berikutnya
    atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

     

    Wilayah

    1

    2

    3

    Transendental

    Nibbana ‘sentra’ ?

    Belum diketahui ? 7

    Tidak diketahui ? 8

    Tanpa diketahui ? 9

     

    Nibbana ‘sigma’?

    Belum mengakui ? 4

    Tidak mengakui ? 5

    Tanpa mengakui ? 6

     

    Nibbana ‘zenka’ ?

    Arahata 1

    Pacceka 2

    Sambuddha 3

    Universal

    Brahma Murni  (Suddhavasa)

    Anagami 7 (aviha Atappa)

    Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

    Anagami  9(Akanittha)

     

    Brahma Stabil (Uppekkha )

    jhana 4 (Vehapphala)

    Asaññasatta 5 (rupa > nama)

    Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

     

    Brahma mobile (nama & rupa)

    Jhana 1 (Maha Brahma)

    Jhana 2 (Abhassara)

    Jhana 3 (Subhakinha)

    Eksistensial

    Trimurti LokaDewa

    Vishnu 7 (Tusita)

    Brahma 8 (Nimmãnarati)

    Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

     

    Astral Surgawi

    Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

    Saka  (Tãvatimsa) 5

    Yama (Yãma)6 

     

    Materi Eteris

    Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan ) + flora & abiotik ? / 1

    Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2

    Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 3

    Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya  & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ). 

    kutipan :

    Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).
    Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  
    Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.
    Intinya, tak perlu ada pembandingan apalagi kesombongan, kemelekatan apalagi keserakahan dan kekesalan apalagi permusuhan dalam permainan keabadian ini. Bahkan dengan pemahaman kebijaksanaan, kecakapan keberdayaan dan kesediaan kebahagiaan tersebut berikanlah respek kepada segala media eksistensial yang memerankan aneka lakon yang diperlukan, kaidah universal yang menentukan manual dampak skenario yang menjadi acuan aturan bermainnya & esensi transendental yang menyaksikan pagelaran agung keabadian ini. Desain mandala ini sudah 'sempurna' tertata .... so, terimalah segalanya apa adanya agar kita dapat mengasihi sebagaimana harusnya sehingga kita mampu melampauinya dengan bijaksana. Tanamlah apa yang ingin anda tuai nantinya, layakkan apa yang akan anda capai nantinya dan niscayakan apa yang keniscayaan seharusnya terjadi nantinya. Kita (tak perduli siapapun kita inginkan untuk diidentifikasikan oleh diri /lainnya, etc ) sesungguhnya tidak akan dapat (sehingga tidak perlu) memanipulasi label semulia apapun itu tampaknya apalagi jika hanya sekedar untuk mengeksploitasi. Kita hanya perlu merealisasikan level apa yang seharusnya terniscayakan dalam kesedemikianan yang ada dengan apa adanya baik secara eksistensial, universal apalagi transendental.  Thus, be realistics to realize the real.  

    Be Realistics to Realize the Real  
    Bersikap realistis untuk merealisasi yang real 
    NDAGELE SAKMADYO WAE
    jalani drama kehidupan ini sewajarnya saja  
    Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.


    • 2. Menghadapi Kehidupan :  kecakapan, kemapanan, kewajaran
      Data lama :
      4.  Aktualisasi Kemapanan 

      Aktualisasi memastikan persada kesiagaan dalam membumi untuk  mandiri , dengan santuti dan  mampu berbagi. 
      5.  Harmonisasi Kewajaran 
      Harmonisasi kebersahajaan dalam membumi bersama lainnya. dengan empati, dalam harmoni dan tetap sinergi.


      Untuk 2 yang terakhir (kemapanan & kewajaran)  adalah memang mengupayakan mapannya keberadaan dan menerimanya dengan wajarnya pemantasan  atas kelayakan realisasi pemberdayaan 3 yang awal (kesadaran , kearhatan, kecakapan) dalam dimensi manapun sebagai pribadi apapun siapapun kita sekarang atau kelak nantinya.

      Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
      I say that madness is the first step towards unselfishness. 
      Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” 
      The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. 
      Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. 
      "Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
      Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
      Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
       Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
      penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnyaMikhail Naimy.
      Ulasan  :(sadar terjaga namun wajar bersama )  (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)


      simak & rehat ( masih cari time stampnya, bro/sis ... ?)
      dari Vlog ELA (eling lan awas) tentang kedewasaan psikologis spiritual dalam/untuk membumi  
      kemantapan terindividuasi 
      kehandalan beraktualisasi 
      dari Vlog 
       
      Secret Society ... 
      Mafia Globalis ... agak paranoid ?

      2a. kecakapan, 

      survival, financial, universal 
      kecakapan :
      kemapanan, :
      kewajaran :

      2b. kemapanan, 

      Memastikan persada kesiagaan ( kemapanan ekonomi , sosial, etc ) untuk  mandiri , santuti dan berbagi.  
      mandiri : 
      kemantapan subsistensi mandiri, kontribusi sesama & emergency darurat
      bekerja, berusaha hingga walaupun tetap mau & mampu menjalani ibadah lumrah bekerja namun sesungguhnya telah berada dalam level asset yang mantap dimana tidak perlu lagi bekerja (sudah mampu mencukupi kebutuhan, meluangkan kontribusi dll dari assset deposit/benefit dirinya - kuadaran kecerdasan finansial kiyosaki 4)  bukan karena tidak mau bekerja karena kemalasan (walau ada kesempatan)  atau sudah tidak mampu lagi bekerja karena keterbatasan (usia tua, sakit dll)
      ataupun  bagi yang sedang & sudah menjalani Samana Dhamma sebagai pabajita ataupun ordo pelayanan monastik & humanistik lainnya. (sudah terjamin dalam kontribusi umat, warga, dsb) 
      santuti 
      bersahaja (sederhana sebatas kebutuhan>keinginan>ketamakan) 
      Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi  semuanya  dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun
      berbagi (caga/dana) = 
      kesediaan melepas, berbagi & memberi  
      Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda  

      2c. kewajaran

      Video :Kewajaran Pembumian (deduktif  pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
      empati, harmoni & sinergi : bisa ngemong tidak asal ngomong
      empati  :
      harmoni , :
      sinergi :
      dari : 
      Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama)  siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan,  untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini. 

      3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 


      Link video : Kesadaran Nekhama  (induktif  penempuhan)  demi kearhatan spiritual? BUDDHA  Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni

      Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.
      Menghadapi Kematian (racut - bardo - rebirth 


      3a. Racut 
      Lullaby Song of  Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … 
      Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) 

      Verse 1
      śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|
      Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”
      Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
      Verse 2
      śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||
      “My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”
      “Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal  yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "
      Verse 3
      na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||
      “The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”
      “Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”
      Verse 4
      bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||
      “The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”
      “Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,//  atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil  // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.//  KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "
      Verse 5
      tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||
      “You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”
      “Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "
      Verse 6
      tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||
      “Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”
      “Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.//  Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"//  Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "
      Verse 7
      sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||
      “The ‘deluded’ look at objects of enjoyment,  // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”
      “Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "
      Verse 8
      yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|
      “The vehicle that moves on the ground is different from the person in it //  Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”
      “Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "

      just  image
      Sanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// 
      English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//
      Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
      S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|
      E (Eng) : Madalasa says to her crying son://
      I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:
      Racut : Kecakapan Proyeksi  
      Bersiaga dalam kematian  
      Menyadari dimensi pribadi - 
      Living in Dying - 
      pelatihan kematian etc             


      3b. Bardo
      Kecakapan 
      Bersiaga dalam naza kematian alamiah : aware consciously meditatif x neurotic paranoid 
      jaga karma kebiasaan (sila/citta visuddhi dibba /brahma vihara etc) -  awas karma menjelang kematian (+ karma lampau produktif ?)
      tanpa moha kebingungan alami (vs hewan) ; tiada lobha kemelekatan pengharapan semu (vs petta) ; tanpa dosa liar kebencian (vs niraya)
      dengan keberdayaan atasi bardo hingga level optimal yang mampu dicapai (tepatnya : layak didapat ... dan karenanya memang harus rela diterima) 
      versi Buddhist ? manusa > svarga < brahma 4 < suddhavasa < lokuttara nibbana
      video chant ema bardo dihapus ? (video pribadi ?) Hehehe... masih ada. 
       


      Teks ini adalah ajaran Padmasambhava, di mana dia mengingatkan kita bagaimana membebaskan diri kita di enam Bardo yang berbeda. Buddhisme Tibet mengacu pada enam Bardo sebagai keadaan transisi; 1. bardo kehidupan ini, 2. bardo dari mimpi, 3. bardo dari meditasi, 4. bardo dari kematian, 5. bardo dari dharmata, dan 6. bardo dari penjadian. Di setiap bardo ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami keadaan ini untuk mencapai pembebasan. Syair ayat di sini adalah instruksi singkat dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra Kesempurnaan Agung. Syairnya dimulai dengan Ema yang artinya, "whoa, this is for real! (Wah?, ini /untuk yang/ nyata!").

      Google translate modified 
      Bardo Song of Reminding Oneself

      translated by Erik Pema Kunsang,
      melody: Tara Trinley Wangmo,
      vocals: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers.
      Lagu Bardo untuk Mengingatkan Diri Sendiri
      diterjemahkan oleh Erik Pema Kunsang,
      melodi: Tara Trinley Wangmo,
      vokal: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers.
      from the Secret Dakini Training Mother Tantra of the Great Perfection
      dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra dari Kesempurnaan Agung

      Ema!
      Now that while the bardo of this lifetime is unfolding,
      I will not be lazy since there is no time to waste.
      Enter nondistraction’s path of hearing, thinking, training,
      While it is just now I have the precious human form.
      Since this free and favored form ought to have real meaning,
      Emotion and samsara shall no longer hold the reign.
      Ema!
      Sekarang sementara bardo dari kehidupan ini sedang berlangsung,
      Saya tidak akan malas karena tidak ada waktu untuk disia-siakan.
      Memasuki jalur tanpa gangguan dari pendengaran, pemikiran, pelatihan,
      Sementara sekarang aku memiliki wujud manusia yang berharga.
      Karena bentuk yang bebas dan disukai ini hendaknya memiliki makna yang nyata,
      Emosi dan samsara tidak lagi memegang kekuasaan.

      Ema!
      Now that while the bardo of the dreamstate is unfolding,
      I will not sleep like a corpse, so careless, ignorant.
      Knowing everything is self-display, with recognition,
      Capture dreams, conjure, transform, train lucid wakefulness.
      Instead of lying fast asleep like animals are sleeping,
      I will use the Dharma just as in the waking state 
      Ema!
      Sekarang sementara bardo dari keadaan mimpi sedang berlangsung,
      Aku tidak akan tidur seperti mayat, begitu ceroboh & bodoh cuek (tanpa tahu)
      Mengetahui segalanya adalah tampilan diri, dengan pengakuan,
      menangkap impian, sulapan, pengubahan, pelatihan kesadaran yang jernih.
      Daripada tidur nyenyak seperti binatang yang sedang tertidur,
      Saya akan menggunakan Dharma seperti dalam kondisi terjaga.

      Ema!
      Now that while the meditation bardo is unfolding,
      I will set aside every deluded wandering.
      Free of clinging, settled within boundless nondistraction,
      I’ll be stable in completion and development.
      As I’m yielding projects to the single-minded training,
      Delusion and unknowing shall no longer hold the reign.
      Ema!
      Sekarang sementara meditasi bardo sedang berlangsung,
      Aku akan mengesampingkan setiap pengembaraan yang memperdaya.
      Bebas dari kemelekatan, menetap dalam ketidak-teralihkan yang tanpa terbatas,
      Saya akan stabil dalam penyelesaian dan pengembangan.
      Saat saya menyerahkan rencana pada pelatihan pikiran terpusat,
      Delusi dan ketidaktahuan tidak akan lagi memegang kendali.

      Ema!
      Now that while the bardo of the death-state is unfolding,
      I will cast away attachment, clinging to all things.
      Enter undistractedly the state of lucid teachings,
      Suspending as a vast expanse this nonarising mind.
      Leaving this material form, my mortal human body,
      I will see it as illusion and impermanent.
      Ema!
      Sekarang sementara bardo dari kondisi kematian sedang berlangsung,
      Saya akan membuang kemelekatan, yang melekat pada segala hal.
      Masuk dengan tanpa gangguan pada keadaan ajaran yang nyata /jernih,
      Menangguhkan sebagai suatu hamparan luas pikiran yang tidak lagi muncul ini.
      Meninggalkan bentuk materi ini, tubuh manusia fana saya,
      Saya akan melihatnya sebagai ilusi dan tidak kekal.

      Ema!
      Now that while the bardo of dharmata is unfolding,
      I will hold no fear or dread or panic for it all.
      Recognizing everything to be the bardo’s nature,
      Now the time has come for mastering the vital point.
      Colors, sounds and rays shine forth, self-radiance of knowing,
      May I never fear the peaceful-wrathful self-display.
      Ema!
      Sekarang sementara bardo dari dharmata sedang berlangsung,
      Aku tidak akan takut , gentar atau panik untuk itu semua.
      Mengakui segalanya sebagai sifat bardo,
      Sekarang waktunya telah tiba untuk menguasai poin penting.
      Warna, suara, dan sinar bersinar, pancaran kesadaran sendiri,
      Semoga saya tidak pernah takut pada tampilan diri yang penuh amarah dan damai.

      Ema!
      Now that while the bardo of becoming is unfolding,
      I will keep the lasting goal one-pointedly in mind.
      Reconnecting firmly with the flow of noble action,
      I will shut the womb-doors and remember to turn back.
      Since this is the time for fortitude and pure perception,
      I will shun wrong views and train the guru’s union-form.
      Ema!
      Sekarang sementara bardo penjelmaan sedang berlangsung,
      Saya akan mengingat tujuan abadi dengan satu tujuan.
      Berhubungan kembali dengan kuat dengan aliran tindakan mulia,
      Aku akan menutup pintu rahim dan ingat untuk kembali.
      Karena inilah waktunya untuk ketabahan dan persepsi murni,
      Saya akan menghindari pandangan yang salah dan melatih bentuk persatuan (dengan) guru.

      If I keep this senseless mind that never thinks of dying,
      And continue striving for the pointless aims of life,
      Won’t I be deluded when I leave here empty handed?
      Since I know the sacred Dharma is just what I need,
      Shouldn’t I be living by the Dharma right this moment,
      Giving up activities that are just for this life?
      Jika saya menyimpan pikiran tidak masuk akal yang tidak pernah berpikir tentang kematian,
      Dan terus berjuang untuk tujuan hidup yang tidak berarti,
      Apakah saya tidak akan tertipu ketika saya pergi dari sini dengan tangan kosong?
      Karena saya tahu Dharma suci adalah yang saya butuhkan,
      Bukankah seharusnya saya hidup berdasarkan Dharma saat ini,
      Memasrahkan kegiatan  yang hanya untuk hidup ini?

      These are the instructions which the gracious guru told me.
      If I do not keep the guru’s teachings in my heart,
      How can this be other than myself fooling myself?
      Ini adalah instruksi yang dikatakan oleh guru mulia  itu kepada saya.                 
      Jika saya tidak menyimpan ajaran guru di hati saya,
      Bagaimana dapat ini bisa terjadi lainnya selain diriku yang membodohi diriku sendiri

      Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena 
      a. Transendensi Keabadian Universal
      Terjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via media
      senantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaian
      tataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuan
      b:Harmonisasi Keberadaan Eksistensial
      Menjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensial
      sedaka sutta : menjaga diri & orang lain
      anjali/namaste : menghormati esensi murni didalam > segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb. 
      Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.
      c. Eskatologi Kelanjutan Spiritual
      Berjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)
      Kehidupan tidak pasti, kematian pasti
      pencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).
      Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi  tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan  meditatif  pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian. 
      Naza : awas nimitta bhavanga 3 (
      Bardo proses umum non meditator : 
      Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1 ; (bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi  deposito karma baik +  banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?) ; bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar  keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian  hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?
      proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :
      selamat berjuang  hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai ; (salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator ) 
      Next
      jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
      jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak  mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga  tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya  dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja. 
      Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.
      Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.
      Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.
      Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)
      By the way, just kidding ... ada  versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya  apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan  karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana  bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).
      Dalam senyum holistik di rupang keBuddhaanMu intuisi saya mengatakan masih ada. Namun mungkin biarkan dia tersirat sebagai rahasia. Kebijaksanaan (bukan kesempurnaan) adalah mahkota akhir bagi kita semua. Setidaknya Realitas Nibbana sebagai rumah sejati bagi esensi murni dari drama kosmik Fenomena Samsara telah kembali ditemukan dan bisa direalisasikan lagi  (walau sulit ... terutama bagi saya tentunya. padaparama diluar sasana yang masih naif dan liar. perokok berat pecandu kopi lagi ... avijja & tanha masih kuat ).
      Panna Phasa Kedukkhaan bukan tanha vedana kebahagiaan Realistics  thesisnya, keaniccaan proses perubahan bukan kekekalan masif Real antithesisnya, keAnnataan Panca khanda bukan keberadaan" figure delusif" Realize synthesisnya. Intinya kita hanya dan harus melampaui internal individualitas diri sendiri ... asava kilesha diri bukan yang lain. Itulah (mungkin... saya harus tahu malu , tahu diri dan tahu sila pada autoritas wilayah acinteya yang belum saya capai)  puncak kebijaksanaan nirvanik yang melampaui drama kosmik mimpi delusif samsara.
      Sedangkan .... maaf ini agak nekat ('gila'-istilah Khalil Gibran) tentang kesempurnaan walau saya seharusnya lebih tahu malu, tahu diri dan tahu sila pada Realitas wilayah advaita yang mustahil dicapai. Advaita Taoisme lebih menyukai istilah keberimbangan holistik untuk dinamis berkembang ketimbang kesempurnaan absolut yang sangat stagnan. Advaita vedanta dalam Brahma Vidya menterminologinya dalam istilah saguna -niskala (? saya lupa istilahnya ... sudah sarat memory otak  tua ini). Atau simple-nya (istilah pakar komputer) sistem keamanan jika berjalan 100 % sempurna maka dia (malah) tidak akan bisa jalan. Newton (semoga saya tidak salah mengingat referensi buku lama) seorang scientist namun saat itu dia mengatakan agak filosofis tentang keteraturan kosmik yang perlu "Tuhan" yang direferensikan sebagai pengaturnya (walau jika ternyata Diapun .. maaf ...tidak ada) . Buddha-pun mengistilahkan ini sebagai "ajatang, abuthang, dst " (udana ) yang memungkinkan terjadinya pencerahan diriNya sehingga terbebas dari samsara ini.(Pakar Buddhism menyatakan Nibbana adalah Realitas transendent yang Impersonal ...bukan atta pribadi atau yang bisa dianggap/ mengklaim sebagai "diri" karena magga phala pencapaian "wilayah" kesadaran diri ini harus dicapai melalui kesadaran "tanpa diri " (sakayadithi pancakhanda - diri samsarik dst) ... Susah, ya? saya sendiri bingung mau mengatakan apa. Mudahnya demikian ... anggaplah sesorang ( katakanlah A) lelah terjaga kemudian tertidur, pulas hingga bermimpi. Dalam mimpi tersebut dia memerankan figur berbeda bisa jadi multi peran dan aneka peristiwa (walau yang bermimpi A namun bukan A yang terjaga ... jadi katakanlah A' A aksen .... A yang bermimpi ). Ketika bangun terjaga dia mendapatkan  keberadaan yang berbeda lagi dengan mimpinya. Samsara bisa dipandang sebagai mimpi tersebut. Figur A' - A aksen dengan segala atribut peran mimpinya itu disebut 'diri" untuk Figur A yang real dan sudah terjaga (tidak lagi A aksen tadi). Bingung, ya .... cobalah anda ganti A dan A aksennya. (Itu hanyalah cara pandang hal yang sama namun dengan sudut yang berbeda dari tanazul - taraqqi : kejatuhan dalam keterlelapan  dan keterjagaan dari keterlelapan dst )
      Intinya demikian pandangan kami tentang kesempurnaan yang tidak hanya acinteya namun advaita untuk dibahas. kebijaksanaan Nibbana mungkin adalah batas akhir yang bisa secara bijak dicapai (Buddha dan juga lainnya) dalam melampaui samsara yang tidak diketahui awalnya (secara individual ) dan kapan berakhirnya  (secara universal) ...pengakuan autentik Buddha. (mengapa ?). Ini dicapai dalam progress simultan dan berkaitan melampaui individualitas diri (eksistensial,universal hingga transendental )
      Lantas ... bagaimanakah kesempurnaan advaita tersebut ? secara hipotetis ini baru bisa dicapai jika terlampaui tidak hanya universalitas diri (bukan individual tetapi universal ..... bayangkan wilayah nama tanpa rupa "batin tanpa materi" hanya ada Anenja Brahma, suddhavasa dan Nibbana tidak ada lagi alam dunia, apaya, surga , rupa brahma) namun juga trandentalitas diri (bayangkan wilayah dvaita nibbana  dan advaita itu sendiri tiada samsara  imanen lagi). Demikian analogi gambaran saguna -niskala mandala ini. Ini gambaran Dia yang belum terjaga dari dvaita samsara nibbanaNya. Bagaimana jika Dia terjaga dalam advaita dan melampaui nibbana (samsaraNya) ? dst.
      (Pusing ya .... karena jelas kita yang masih "ndagel" dalam peran samsarik di dunia ini tidak mungkin ada disana maka kita cukupkan disini saja)

      kutipan :
      (tanggap paradoks intuitif > linear intelek ?) akan fakta experiential acinteya sabbanutanana pencerahan lokuttara Buddha yang sesungguhnya sebagai saddhamma adalah holistik universal untuk mampu ditempuh siapapun juga (walau tentu saja mungkin dalam keterbatasan output sesuai pembatasan inputnya)  Saddhamma ini secara intuitif sederhana bersahaja (senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya. Namun demikian seperti mentari dalam biasan pelangi Saddhamma ini memang sangat kompleks kedalaman, kehalusan dan keragaman labirin warnanya yang tidak sekedar hitam putih sehingga memang akan susah bagi yang telah terjaga untuk segera membangunkan yang tertidur dari keterlelapan mimpinyaPenempuhan keterjagaan/keterarahan kode etik sila universal atau vinaya monastik ekslusif Sangha Samana plus metode penembusan intensif dibentuk demi tujuan tersebut secara bertahap. Idea & metode paedagogis simsapa pembabaran paradigma teparinama DhammaNya terkadang perlu nivritti negative 'lokiya' karena faktor audience-nya ( misalnya terma nibida /kejijikan?/ untuk mengatasi upadana /kelekatan/ walau kita tanggap itu hanya trick bijak untuk sadar swadika melampaui kecenderungan tanha samsarik tidak untuk picik menjauhi dengan kebencian yang justru akan berdampak kontraproduktif  bukan hanya bagi proses holistik universalisasi transenden nsmun juga harmoni eksistensialitas keberadaannya ... well, problem adalah internal (asava) bukan eksternal (dunia). Landasan Spiritualitas idealnya adalah kedewasaan aktualisasi murni yang sadar difahami dan disikapi sebagai wajar dijalankan untuk meniscayakan bagi keniscayaan pelayakannya bukan kepatuhan karena intimidasi ketakutan, kepamrihan karena transaksi keinginan ataupun sekedar/termasuk juga kerisihan untuk tidak dipermalukan / khouf, roja, haya ~ hiri, otapa, ? / walaupun demikian metode `lokiyabisa dimaklumi jika digunakan dikarenakan faktor audience-nya (walau tidak dibenarkan pada kemurnian akhirnya  namun mungkin juga tidak disalahkan pada kecenderungan awalnya ? ) 
      Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be 


      3c. Alam 
      Alam : Transit Dimensi 
      Prajñāpāramitā
      kebijaksanaan agung prajna paramita


      Oṁ! Namo Bhagavatyai Ārya-Prajñāpāramitāyai!
      Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramita
      Ārya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhīrāṁ prajñāpāramitā caryāṁ caramāṇo,
      Sang Ariya Bodhisatva  Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,
      vyavalokayati sma panca-skandhāṁs tāṁś ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.
      melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri

      Iha, Śāriputra, rūpaṁ śūnyatā, śūnyataiva rūpaṁ;
      Di sini, Wahai Śāriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;
      rūpān na pṛthak śūnyatā, śunyatāyā na pṛthag rūpaṁ;
      kekosongan tidak berbeda dengan wujudwujud tidak berbeda dengan kekosongan;
      yad rūpaṁ, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rūpaṁ;
      Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.
      evam eva vedanā-saṁjñā-saṁskāra-vijñānaṁ.
      Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.

      Iha, Śāriputra, sarva-dharmāḥ śūnyatā-lakṣaṇā,
      Di sini, Wahai Śāriputra, segala dharma bersifat kosong , 
      anutpannā, aniruddhā;
      Tanpa kemunculantiada pula kelenyapan ;
      amalā, avimalā;
      Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;
      anūnā, aparipūrṇāḥ
      Tanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan

      Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāṁ
      Karena itu, Wahai Śāriputra,  dalam kekosongan itu
      na rūpaṁ, na vedanā, na saṁjñā, na saṁskārāḥ, na vijñānam;
      tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;
      na cakṣuḥ-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāṁsi;
      tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;
      na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraṣṭavya-dharmāḥ;
      tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;
      na cakṣūr-dhātur yāvan na manovijñāna-dhātuḥ;
      tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;
      na avidyā, na avidyā-kṣayo yāvan na jarā-maraṇam, na jarā-maraṇa-kṣayo;
      tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,
      na duḥkha-samudaya-nirodha-mārgā;
      tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;
      na jñānam, na prāptir na aprāptiḥ.
      tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.

      Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād Bodhisattvasya
      Oleh karena itu, Wahai Śāriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,
      Prajñāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraṇaḥ,
      Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,
      cittāvaraṇa-nāstitvād atrastro,
      memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,
      viparyāsa-atikrānto, niṣṭhā-Nirvāṇa-prāptaḥ.
      mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāṇa.

      Tryadhva-vyavasthitāḥ sarva-Buddhāḥ
      Semua Buddha berdiam di tiga masa dengan
      Prajñāpāramitām āśritya
      mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan
      anuttarāṁ Samyaksambodhim abhisambuddhāḥ.
      sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi

      Tasmāj jñātavyam Prajñāpāramitā mahā-mantro,
      Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agung
      mahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraḥ,
      mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,
      sarva duḥkha praśamanaḥ, satyam, amithyatvāt.
      Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.

      Prajñāpāramitāyām ukto mantraḥ
      Dalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkan
      tad-yathā:
      dengan cara berikut ini
      gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!
      pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!

      Iti Prajñāpāramitā-Hṛdayam Samāptam
      Dengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati Lengkap disampaikan

      Tentang Paska Kematian / Aneka Keberadaan =

      Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi). Bersedia untuk senantiasa terjaga  menjaga  berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) 
      Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan &  kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?).  So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .
      Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun), dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya.  Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?  

      jadi, inget kata  Buddha & para Suci lainnya : kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal  berikutnya  (walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) 
      Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana  ... asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang . 

      AS /IF Petta apaya etc
      Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini)  
      Case : pettavathu
      Niraya ? jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara (kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikianannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
      Dalam Buddhisme Apaya adalah kemungkinan MLD ( Moha - hewan tirachana, Lobha - petta kelaparan , Dosa - niraya 'laundry' ) 
      Plus Idea : 
      Barzah eteris juga untuk umat beragama & bertuhan tidak hanya yang sekuler ? karena kemelekatan kehidupan sebelumnya & selanjutnya ?
       

      AS /IF Surga Kamadeva etc
      surga ytcrash
      Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini )
      Case : jaminan nanda & bhikkhu surga Link Video : 1 & 2 
      Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena  deficiency atau  sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada  /iblis & neraka?/). 
      Plus Idea : 
      Mengapa bisa segera melampaui ke surga tanpa harus penangguhan pralaya dunia ?


      AS /IF Brahma etc
      buddha brahma
      Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya)
      Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ).
      (Fake story ?)  Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti  penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal. 
      Plus Idea : 
      real story Buddha & Tuhan : Brahma Baka , Mara, Tusita , Saka, Yakkha & asura ? (khanda paritta + ratana sutta + Karaniya metta sutta )


      AS /IF Nibbana etc
      pencerahan Buddha

      Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive )
      (Fake story ?)  Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik.
      Plus Idea : 
      real story : kepada pertapa Upaka , Panca Vagiya (Dhammacakka ~  'patanjali astanga yoga?' + anattalakkhana sutta  !) 
      sakshin : Bahiya & Malunkya ( panduan taktis Mahasatipathana & risalah teknis Abhidhamma )
      Ovada pattimokkha ke 500 asekha arahat ?(keterjagaan level vs kelengahan label spiritual materialism magga phala arahat ?)  


      Bersedia untuk senantiasa terjaga  menjaga  berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) .
      Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan &  kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?).  So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .

      EPILOG 

      EPILOG = 
      PROCESS PROGRESS  : tentang keniscayaan ( THE REAL )FKONSIDERAN

      Sadhguru Yasudev quote :
      this is a time to stand up - not just as one nation but as humanity 
      Inilah saatnya untuk bangkit - tidak hanya sebagai satu bangsa tetapi sebagai satu umat manusia .

      MPERSONAL REALITY :
      Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam'). 
      Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be  
      LEVEL IMPERSONAL > LABEL PERSONAL
      keniscayaan kesedemikianan > pengharapan penganggapan
      perlu kelayakan > kesadaran > kefahaman : acinteya ariya - panna kiriya 
      Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? )
      kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )

      Synthesis  : THE REAL (capaian yang nyata)
      Bersedia untuk senantiasa terjaga  menjaga  berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) .

      Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikira
      Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183Bro Billy Tan (p. 12 - 20)
      Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.
      Jadilah media kebaikan yang murni x media keburukan yang kacau bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini baik transendental, universal, eksistensial . senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya..... tetap orientasi berpandangan, berpribadi, berprilaku ariya apapun peran, dimanapun dimensi dan kapanpun situasi kondisinya. Menerima tanpa perlu kebencian, mengasihi tanpa perlu pelekatan , melampaui tanpa perlu merendahkan. So, jika keniscayaan pembebasan/ pencerahan/ pemberdayaan belum mampu tercapai, keselarasan tertib kosmik yang holistik, harmonis dan sinergik akan kebenaran, kebajikan dan kebijakan masih terjaga .... bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini.

      Link video Tersenyum dengan kesucian  Buddha dan atau Menari dalam kearifan Shiva 
      Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut.
      Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva
      Pesan Kesucian Buddha : Demi Evolusi Pribadi ... jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinyaJalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya .
      Pesan Kearifan Shiva : Bagi Harmoni Dimensi...dengan tanpa membencinya Jauhi kejahatan, dengan tanpa melekatinya jalani kebajikan dan dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya  sucikan fikiran. 
      Tampak hanya seperti rhetorika filosofis yang sama vocabulary-nya hanya beda stressing-nya saja ?
      No, terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran .. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak sekedar keahlian daya tangkap intelektual).  

       

      Kewajaran Pembumian 
      (deduktif  pengetahuan)
      dengan kecakapan spiritual ?
      SHIVA
      Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
      Kesadaran Nekhama  
      (induktif  penempuhan) 
      demi kearhatan spiritual? 
      BUDDHA 
      Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni

       

      https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s

      https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s 

       

      kearifan internal untuk kebaikan eksternal  (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/  aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi  /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/

      Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada  terbuka lebar  tidak untuk dihindari  /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/  

      Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi     /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda  /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/

      Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang   /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata  / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima  /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta)  karena cinta kasih persahabatan kehidupan  universal  & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma  untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/  Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/

       Melengkapi inner strength kesadaran  Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan  /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi  inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul 

      Keterlatihan sikap nekhama (melepas)  /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan  (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat  memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga  sila supaya kotoran batin internal berkurang  /49m40s/ latihan  melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita  karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini


      Kearifan Shiva Buddha ? intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan .walau tetap tampak dalam kewajaran di permukaan namun senantiasa menjaga kesadaran di kedalaman untuk. memberdaya kecakapan, kemapanan & kearhatan (dimanapun ,kapanpun dan sebagai apapun peran keberadaannya)... progressive in progressing. Jika saja proses pemberdayaan ini memang berjalan sehat dan tepat tampaknya kemurnian & kesejatian akan berpotensi segera terealisasi nyata.
      Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor


      Link Video :

      Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? )
      kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )

      Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
      jadi ...ini adalah  transformasi  mengarahkan diri  dengan kesadaran Saddhama dalam  kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. 
      Be selfless as it really be  (to be one in One not one of  the ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal  bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya  namun karena batiniah zenka penghuninya. . 

      Menghadapi = Menerima (eksistensial)  - mengasihi (universal) - melampaui (transendental)  

        


      Sadhguru Yasudev quote :
      If you have eyes to see, if you have sensitivity to feel life inside you & ouside of you, everything is a miracle
      Jika anda memiliki mata untuk melihat, jika anda memiliki kepekaan untuk merasakan kehidupan di dalam anda & diluar anda, semuanya adalah keajaiban.
      Ini  adalah empati, harmoni & sinergi kosmik bagi keteraturan, keselarasan & keterarahan Saddhama Panentheistics (secara filosofis/psikologis yang dalam penempuhan esoterisnya  para yogi mistisi menembusnya secara pantheistic dan dalam pembumian kebersamaan eksoteris kita menerimanya sebagai faham monotheistics (terkadang agnostics ........guardian personal god ?)

      screenshot Magical Moments at Mahashivratri 2020 @ Isha Yoga Center
      Clip Sadhguru Yasudev : ts = speech 18s sd 1m5s
      Welcome to Mahashivaratri 2020 
      Selamat datang ke Mahashivaratri 2020
      Living death is not a morbid idea 
      Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan 
      It is a reality
      Ini adalah kenyataan.
      We are all living death.
      Kita semua adalah kematian yang hidup.
      We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.
      Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.
      They’re just two different words for the same process.
      Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang sama
      Death is not an event that happens once.
      Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.
      Death is happening. It’s a process.
      Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.
      One day it will be complete.
      Suatu hari ini akan terlengkapi.
      the most beautiful thing about life is nobody fails,  everybody shall pass .
      (hal paling indah tentang kehidupan adalah tak seorangpun gagal, 
      /namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )
      Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 

    • REST FILE 

      kutipan posting akhir Dhamma Sekha  : http://kalamadharma.blogspot.com/
      Intinya begitu berharganya kehidupan sebagai manusia (tanpa menafikan sebagaimana juga lainnya), bro. Dengan tidak terlalu mengumbar kebebasan menurutkan kecenderungan nafsu (wille zur macht .. keinginan akan kekuasaan?) dan justru mengarahkan diri dengan kebijaksanaan maka akan ada kebajikan bagi semuanya (kedewasaan berpribadi dan dampak potensi kewasesaan yang akan mengikutinya). Segalanya akan dan seharusnya menjadi lebih baik dan semakin baik.  Jadi tolonglah jika tidak mencerahkan janganlah menyusahkan apalagi menyesatkan dan menghancurkan. Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, elimquilibirium.

      Be Truth Lover whoever & wherever we are ...
      (Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita)  
      karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima . 

      Kutipan :

      Untuk kesekian kalinya : Be realistics to Realize the Real

      Be Realistcs to Realize the Real  .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ).  
      Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga. Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).
      Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama)  siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan,  untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.

      Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun   Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi  yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselarasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh dari kesunyataan Impersonal Transenden ini.
      Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental .....
      So, Quo Vadis ?
      Dengan tanpa menafikan untuk selalu tetap empati, harmoni dean sinergi dengan kepantasan tanggung jawab dagelan nama rupa kita ( terutama dengan semakin selaras dalam sinkronisasi atas kaidah Saddhama di level eksistensial, universal & transendentalnya) , Be genious  ... janganlah terlalu terbawa obsesi internal (walau mulia?) apalagi ambisi eksternal (demi ego pengakuan, kekuasaaan) apalagi bermalasan seenaknya (malah semakin naif liar mengumbar) hingga hanyut tenggelam dengan sensasi/fantasi figur eksistensial yang sudah, sedang dan akan kita perankan selama ini. Dihadapan Realitas Kasunyatan kita sesungguhnya hanyalah media impersonal tanpa inti (anatta) dalam proses timbul lenyapnya cittakhana agregat kesadaran akan keberadaan nama rupa (anicca) yang jika karenanya kita moha terbodohi sebagai entitas 'keakuan' maka kita akan cenderung lobha melekati (menyenangi untuk apa yang menyenangkan ego kita saja) dan dosa membenci (kesal dengan apa yang mengesalkan ego kita saja) dan mengakibatkan rangkaian papanca kecenderungan MLD (moha-lobha-dosa) yang semu, naif dan liar akan penderitaan (dukkha). Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental 


      Kita adalah media impersonal dengan berbagai peran eksistensial dalam arena universal di segala wilayah immanen Hyang Transenden. 
      sadari & jalani permainan peran / amanah tugas ini dengan selaras pada kaidah keniscayaan kebenaran saddhamaNya 
      dengan senantiasa terjaga  , menjaga & berjaga 
      Be realistics to realize the Real 
      Be True, Humble & Responsible  as one (existensial figure) in One (Universal immanent ) of  ONE  (Esensial Transendent )
      Just as it is  

      REST FILE 

         

      Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.)
      Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho.
      Terakhir ,  untuk kembali membumi lagi .... tanpa harus teralienasi obsesi internal  & tiada perlu lagi ambisi eksternal ..... karena segalanya adalah keniscayaan yang harus dilayakkan dalam pemberdayaan (tidak sekedar kepercayaan apalagi pengharapan belaka) dan apapun juga itu adalah kebijaksanaanNya yang terbaik bagi kebaikan kita semua 

      Tiada kata yang seharusnya dipercaya (termasuk / terutama dari kami ) selain fakta (yang memang terjadi )
      (No Fact -  No Truth - No Faith)
      tanpa dusta akan kebenaran sejati, tiada perlu duka untuk disesalkan nanti 

      BE RESPONSIBLE  
      bertanggung jawablah 

      BE HUMBLE 
      (dalam) kerendah-hatian 
       
      BE TRUE 
      (untuk menjadi) sejati

      (Sekian)

      TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP 


      Nothing Else Matters | Metallica
      I
      So close, no matter how far
      Begitu dekat, tak peduli betapapun jauhnya
      Couldn't be much more from the heart
      Tak mungkin bisa jauh dari hati
      Forever trust in who we are
      Selamanya percaya pada diri kita
      Dan yang lain tidaklah penting

      II 
      Never opened myself this way
      Tak pernah membuka diriku seperti ini
      Life is ours, we live it our way
      Hidup ini milik kita, kita jalani dengan cara kita
      All these words I don't just say
      Kata-kata ini tak hanya kuucap
      And nothing else matters
      Dan yang lain tidaklah penting

      III
      Trust I seek and I find in you
      Kucari rasa percaya dan kutemukan di dirimu
      Every day for us something new
      Tiap hari kita temukan hal baru
      Open mind for a different view
      Buka pikiran untuk pemandangan baru
      And nothing else matters
      Dan yang lain tidaklah penting

      IV
      Never cared for what they do
      Tak pernah peduli dengan apa yang mereka lakukan
      Never cared for what they know
      Tak pernah peduli dengan apa yang mereka tahu
      But I know
      Namun aku tahu

      Back to I, IV, II, III, IV, I


      MUSICS

       QUOTES








       

       

       

      Finally , 

      Be True, Humble & Responsible
      (x fake, identificative & manipulative )
      Jadilah Sejati (sebagaimana nyatanya), 
      Rendah hati (sebagaimana harusnya) & 
      Bertanggung jawab (sebagaimana pastinya)

      dengan kebijaksanaan akan penicsayaan keniscayaan 
      dalam keseimbangan harmonisasi kewajaran membumi 
      untuk keberimbangan transendensi kesadaran mendaki
      bagi kecakapan, kelayakan & kewajaran  
      untuk direalisasi 

      Video Music : Two Steps From Hell - Victory (Battle Cry)
      ts=4s Music makes you braver ? Musik membuat anda berani ?

      Hiduplah secara perwira sebagai Pemberdaya kehidupan
      dan matilah sebagai ksatria tanpa terpedaya kematian
       
      Itulah persembahan kesejatian terbesar spesies manusia
      dalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataan
      sebagai pecinta kebenaran 

      bukan hanya demi kemegahan duniawi untuk kekuasaan semu ingin dipuja
      bukan sekedar demi pengharapan surgawi untuk balasan kebaikan semata
      bukan juga demi kebebasan tertinggi untuk kelayakan pemurnian belaka

      karena memang demikianlah 
      equilibirium homeostatis interconnected 
      dalam Keselarasan Saddhamma  
      memang niscaya selalu terjadi  dan akan terus terjadi
      dari keazalian, hingga keabadian Kebenaran Sang Esa
      Hyang Nyata, Hidup, Murni (triade : wujud-kuasa-kasih)
      dalam mungkinnya keberadaan maupun ketiadaan diri

      Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
      Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi
      Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima


      Amor Dei, Amor Fati
      (Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
      Dhammo have rakkhati dhammacarim 
      (Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
      Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
      (lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)
      Appamadena Sampadetha 
      (berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya) 
      Wei Wu Wei 
      (Just flow .... being totally conscious process ... action without actor & acting)
      Que Sera Sera ... Pantha Rei 
      (Apapun yang terjadi terjadilah .... Biarlah semua mengalir apa adanya)
      So, 
      inilah waktu kami untuk berhenti & melepas Que sera sera. Pantha Rei.  
      Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya. 
      Gitu aja koq repot ... 
      nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah)
      dianggap selesai ya .... posting & sharing 
      silakan lengkapi sendiri (buang - revisi atau ...   terserah  )

      MAAF JIKA ADA CONTENT BLOG / VLOG KAMI YANG MEMBUAT ANDA TIDAK BERKENAN
      TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN , PERHATIAN & KUNJUNGANNYA
      SALAM 

      Terakhir, 
      Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
      Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi 
      Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima 

      Well, apa yang sudah ditetapkan sudah cukup maksimal dijalankan, apa yang memang mampu dilakukan sudah cukup optimal dikerjakan, apa yang memang kebelum-fahaman/ ketidak-cakapan kami nyatanya  toh juga sudah sejujurnya diungkapkan .... So, What's next ? Que Sera Sera ... Pantha Rei.  

      Penutup :
      Semoga wabah corona setelah menjalankan tugasnya merehat sejenak kehebohan duniawi kita akan berlalu dan membuat kita lebih bijak dan bajik lagi dalam memandang perspektif kehidupan dan keabadian ini secara lebih meluas dan mendalam sehingga pribadi lebih terarah dan prilaku tidak lagi tranyakan karena mulai memandang dengan  tidak picik /dangkal lagi. 
      Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya, cukup bijaksana untuk tetap seimbang dan berimbang memberdayakan spiritualitas individualitas/ universalitas diri & lainnya dalam penempuhannya.  
      Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu kebijaksanaan agar  senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya …. Menerima, mengasihi  dan melampaui segalanya tanpa perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu  dilekati apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak impersonal transenden dari segala kecerobohan individual /pelanggaran universal yang personal imanen ) dalam kelanjutan permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada kemungkinan mahapralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya). Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/ ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya.     

      Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
      Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)
      Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)
      (Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).
      Wasalam.